Nikel RI Punya Potensi Besar, PT GNI Genjot Daya Saing di Pasar Global

1 month ago 32

Jakarta -

Industri nikel Tanah Air terus berkembang pesat seiring dengan penerapan kebijakan hilirisasi yang digaungkan di masa Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dikutip dari situs resmi presidenri.go.id, ekspor nikel Indonesia hanya bernilai Rp 45 triliun pada 2015, sebelum akhirnya melonjak menjadi Rp 520 triliun pada 2023 setelah kebijakan hilirisasi diterapkan.

Sebagai salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia, Indonesia memang memiliki potensi besar di pasar nikel global. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan nikel RI berkontribusi pada 45% cadangan nikel global.

"Cadangan nikel dunia di 2023 menurut data geologi Amerika kita 20% nikel dunia, tapi 4 bulan lalu data geologi Amerika mengatakan cadangan nikel kita 40-45% dunia," kata Bahlil dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (12/12/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, berdasarkan bahan paparan Kementerian ESDM, cadangan bijih nikel Indonesia merupakan cadangan terbesar di dunia dengan porsi sebanyak 42,1% dari seluruh cadangan dunia. Lalu menyusul Australia dengan porsi 18,4%, Brazil 12,2%, Rusia 6,4%, Kaledonia Baru 5,4%, Filipina 3,7%, China 3,2%, dan sisanya negara lainnya.

Sementara itu Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno bilang mengungkapkan pada tahun 2026, Indonesia bisa menguasai hingga 75% kapasitas nikel dunia.

"Diperkirakan tahun 2026 itu diperkirakan produk nikel kita itu akan 75% dari kapasitas dunia. Nah kalau oversupply pastilah harga pasti turun," jelas Tri.

Kontribusi Industri Smelter Nikel Tanah Air

Keberhasilan hilirisasi nikel tentu tak lepas dari peran industri smelter nikel di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Misalnya saja, seperti kontribusi smelter nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI) di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.

Mengutip situs resminya, PT GNI menghasilkan 10-20% Nickel Pig Iron (NPI) dan diperkirakan mampu memproduksi hingga 1,9 juta NPI per tahun.

Dengan kapasitas ini, PT GNI tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi dari nikel, tetapi juga mendorong terciptanya multiplier effect di Morowali Utara, mulai dari penyerapan tenaga kerja, menciptakan ekonomi-ekonomi baru di sekitar smelter hingga meningkatkan daya saing industri nikel Indonesia di pasar global.

Head of Corporate Communication PT GNI Mellysa Tanoyo menjelaskan bahwa GNI memiliki misi untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama dalam menghadapi tantangan industri yang semakin global dan dinamis. "Kami tidak hanya mencari karyawan yang siap bekerja, tetapi juga berinvestasi dalam pengembangan mereka. Melalui program pelatihan berkelanjutan, kami ingin memastikan bahwa setiap individu yang bergabung dengan PT GNI memiliki kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan karier mereka," kata Mellysa.

Tidak hanya banyak menyerap tenaga kerja, PT GNI juga berkomitmen untuk memprioritaskan dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dengan menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bagi seluruh tenaga kerjanya.

Salah satu upaya dalam menerapkan K3 tersebut yakni dengan mengadakan berbagai pelatihan, uji kompetensi, dan sertifikasi izin operator (SIO). Program ini didukung oleh tenaga pengajar dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Tengah dan Perusahaan Jasa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (PJ3K) yang telah terverifikasi oleh Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemnaker RI).

"Perusahaan percaya bahwa investasi pada sumber daya manusia adalah kunci utama untuk mencapai kesuksesan jangka panjang. Melalui program pelatihan dan sertifikasi ini, perusahaan berharap dapat menciptakan tenaga kerja yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki etos kerja yang tinggi dan berkomitmen terhadap standar keselamatan dan lingkungan," pungkasnya.


(ega/ega)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global