10 Alasan Kamu Tak Bakal Kuat Hidup 24 Jam di Abad Pertengahan

8 hours ago 4
Jakarta -

Di mulai pada keruntuhan Roma pada abad ke-5, hingga pertengahan abad ke-15, ada banyak yang terjadi di abad pertengahan. Kamu dijamin nggak kuat menjalaninya meski cuma 24 jam saja.

Melansir List Verse, pada masa tersebut, hanya ada beberapa ratus juta orang di seluruh dunia dan kurang dari 25 juta di Eropa. Saat itu, belum ada pengobatan, pemaksaaan pada perempuan, sampai kerja pun keras. Berikut ini 10 alasan mengapa kamu tidak akan kuat hidup di abad pertengahan.

1. Pes dan wabah

Kembali pada 1347, ada wabah yang dikenal dengan nama 'Black Death' di Eropa. Ini menyebabkan kekacauan dengan segera. Sejarawan memperkirakan ada sekitar 20 juta orang yang tumbang karena penyakit tersebut. Bahkan, baru saja beberapa tahun semenjak wabah, hampir setengah populasi Eropa meninggal dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

2. Kehidupan yang buruk dan mati cepat

Kehidupan keras di abad pertengahan. Banyak yang kelaparan di tengah wabah 'Black Death' dan masih banyak penyakit lainnya yang melanda.

Penyakit seperti tuberkulosis, kusta, dan kolera ada di mana-mana. Kebersihan dasar sulit ditemukan. Tidak ada yang tahu apa pun tentang kebersihan. Dan di kota-kota seperti London, tidak ada sistem pembuangan limbah yang memadai. Alih-alih membuang kotoran dan limbah manusia dengan cara yang lebih tertata, mereka justru membuangnya ke jalanan.

Bagi orang kaya, mudah untuk mendapatkan kebersihan. Tapi bagi para pelayannya, ini adalah hal yang langka.

3. Perang tiada henti

Ada banyak perang di era abad pertengahan. Di antaranya ada yang bertahan selama beberapa tahun dan brutal, tapi ada pula Perang 100 Tahun. Ini dikarenakan militer masih kekurangan senjata modernm sehingga butuh sejumlah dekade untuk membuat perang benar-benar berakhir.

4. Kekejaman

Selama abad pertengahan, penjahat dan pencuri yang kejam menghadapi hukuman berat jika tertangkap. Masalahnya, ada banyak juga masalah kecil yang menerima hukuman yang kejam dan tidak biasa.

Menjadi gelandangan atau tertangkap basah mengemis merupakan pelanggaran hukum di sebagian besar wilayah Eropa. Orang miskin dilarang menikah tanpa izin tuan mereka. Di beberapa tempat, perempuan bahkan bisa dihukum karena terlalu banyak bergosip.

Anehnya, bahkan bermain sepak bola pun menjadi ilegal di Inggris pada tahun 1314. Untungnya, hal itu tidak berlangsung lama.

5. Kehidupan feodal yang brutal

Hidup di abad pertengahan terbagi menjadi sejumlah kelas. Kebaikan hanya berpihak bagi mereka yang kaya, terlahir menjadi raja atau tuan tanah, atau para keturunan ningrat.

Nah, orang-orang yang berkuasa ini juga berhak untuk memberlakukan pajak sesuka hati mereka. Bahkan, pajaknya bisa sangat brutal.

6. Pengobatan yang sangat kacau

Sekitar tahun 540 SM, seorang dokter Yunani bernama Alkmaeon dari Kroton memperkenalkan sebuah konsep yang populer pada masanya. Ia percaya bahwa kesehatan manusia bergantung pada keseimbangan empat cairan, yang dikenal sebagai humor. Humor ini adalah darah, dahak, empedu kuning, dan empedu hitam. Teori Alkmaeon tentu saja salah, tetapi berhasil bertahan selama ribuan tahun.

Pada abad pertengahan, pengobatan belum berkembang. Dalam beberapa hal, bahkan mengalami kemunduran. Tidak seperti orang Yunani kuno yang mengakui penyebab fisik suatu penyakit, orang-orang di abad pertengahan mengaitkan alasan supernatural dengan penyakit mereka.

Pemeriksaan medis cukup umum diawali dengan analisis bagan astrologi pasien. Dalam banyak kasus, diagnosisnya adalah ketidakseimbangan humor. Perawatan yang diresepkan melibatkan pengeluaran darah melalui sayatan atau penggunaan lintah. Tentu saja, tidak ada antibiotik atau obat-obatan lain.

7. Sulitnya mendapat pekerjaan

Selama abad pertengahan, kebanyakan orang tinggal dan bekerja di pertanian. Para sejarawan kini memperkirakan bahwa sekitar 80% penduduk bercocok tanam. Namun, seiring berkembangnya kota-kota, muncullah peluang kerja baru.

Sayangnya, banyak dari pekerjaan ini bergaji rendah, membutuhkan banyak waktu dan tenaga, dan sangat tidak menyenangkan. Salah satu pekerjaan tidak umum yang kemudian populer adalah pengumpul lintah. Profesi medis sangat membutuhkan lintah pada masa itu.

Pekerjaan lain yang menawarkan penghasilan sedikit lebih tinggi adalah sebagai penjahit kain. Penjahit kain lebih umum daripada pengumpul lintah, dan mereka bisa mendapatkan penghasilan tiga kali lipat dari petani yang bekerja di ladang.

Kendati demikian, menjadi penjahit kain jauh dari ideal. Tanggung jawab mereka adalah membersihkan minyak, kotoran, dan kotoran lainnya dari kain yang baru ditenun. Metode paling efektif yang mereka gunakan adalah menginjak kain dengan kaki mereka di dalam tong berisi urin manusia. Proses ini berlangsung berjam-jam, dari fajar hingga senja, enam hari seminggu.

8. Kurangnya kebebasan beragama

Di abad pertengahan Eropa, Islam dan Kristen sebagian besar berbeda. Mayoritas penduduk Eropa adalah penganut Katolik Roma yang taat. Namun, terdapat sejumlah kecil penganut pagan, Yahudi, dan individu yang menganut ajaran lain. Mereka tidak bisa terlalu terbuka tentang keyakinan mereka.

Minoritas agama ini menghadapi ancaman penganiayaan dan kematian yang terus-menerus karena sistem kepercayaan mereka yang tidak populer. Dikarenakan dominasi Gereja Katolik yang begitu besar, keberagaman dalam praktik keagamaan menjadi sangat berisiko bagi mereka yang berani berbeda.

9. Nasib perempuan yang menyedihkan

Perempuan mendapatkan hanya sedikit hak dalam hidup mereka. Setelah menikah pun, mereka hanya dianggap sebagai properti bagi para suami. Ketika perempuan diserang atau bahkan terbunuh, fokusnya lebih kepada suaminya yang dianggap sebagai korban yang malang.

Kehamilan dan melahirkan pun mengerikan. Semua karena pengetahuan medis yang kurang.

Meski jasa besar perempuan sebagai ibu dan penjaga anak-anak mereka, nasib mereka makin memprihatinkan. Banyak perempuan yang tetap diharapkan bekerja keras di ladang sama seperti biasanya. Sayangnya, mereka menerima upah yang jauh lebih rendah daripada laki-laki, meskipun mereka melakukan pekerjaan yang sama.

10. Dingin banget!

Sekitar tahun 1300, terjadi penurunan suhu rata-rata global yang signifikan. Selama beberapa abad, hal ini menyebabkan penurunan suhu sekitar 2-3 derajat Fahrenheit (1,5 derajat Celsius). Itu mungkin tidak tampak banyak, tetapi berlangsung lama.

Di beberapa tempat seperti Eropa, dampaknya lebih buruk daripada di tempat lain. Di seluruh Eropa utara, dingin merana selama beberapa generasi. Periode pendinginan yang berkepanjangan ini begitu signifikan sehingga para sejarawan cuaca sekarang mengenalnya sebagai Zaman Es Kecil (Little Ice Age).

Dampaknya antara lain seperti sungai dan pelabuhan membeku selama berbulan-bulan, panen gagal, dan puluhan ribu orang tewas karena kelaparan massal.

(ask/ask)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global