Ini Situs Nuklir Misterius Iran yang Mustahil Dihancurkan Israel

4 hours ago 2

Jakarta -

Salah satu situs nuklir Iran yang misterius dan sangat terlindungi adalah Fordow Fuel Enrichment Plant. Dari satelit, terlihat di sana lima terowongan yang masuk ke beberapa gunung, struktur sekitar yang besar, dan perimeter keamanan luas.

Kompleks rahasia yang dijaga ketat itu dibangun dekat kota Qom. Sebagian dari yang diketahui tentangnya berasal dokumen Iran yang dicuri beberapa tahun lalu oleh intelijen Israel.

Aula utamanya diperkirakan berada 80 hingga 90 meter di bawah tanah sehingga aman dari bom udara apa pun yang dimiliki Israel. Maka menghancurkan fasilitas tersebut dari udara adalah mustahil bagi Negara Zionis itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa analis mengatakan di Fordow-lah Iran mungkin akan mengubah persediaan uranium yang diperkaya jadi bom nuklir. Israel menargetkan fasilitas ini beberapa hari terakhir tapi menurut Atomic Energy Agency (IAEA), sejauh ini Israel tak mampu merusaknya.

Teheran menegaskan program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, tapi Fordow jadi pusat perhatian. "Ukuran dan konfigurasi fasilitas ini tak sesuai dengan program yang bertujuan damai," kata Presiden Amerika Serikat Barack Obama tahun 2009 saat ia mengungkap eksistensi Fordow.

Dikutip detikINET dari CNN, IAEA menyebut konstruksinya dimulai sejak 2002. "Fordow sebenarnya proyek yang dimulai selama apa yang kami sebut program senjata nuklir darurat awal tahun 2000-an. Idenya adalah Iran membuat uranium tingkat senjata di pabrik itu," klaim David Albright, kepala Institute for Science and International Security (ISIS).

Di 2009, struktur pendukung luar selesai dibangun dan penggalian berlangsung untuk apa yang diyakini ahli sebagai poros ventilasi sirkulasi udara. Poros itu kemudian disamarkan.

Teheran menjelaskan ke IAEA bahwa keputusan membangun fasilitas bawah tanah adalah terkait ancaman serangan militer. Fordow akan berfungsi sebagai kontingensi untuk pabrik Natanz di dekatnya, yang menurut Iran termasuk di antara target yang terancam serangan militer.

Iran memberitahu IAEA fasilitas itu bisa menampung hingga 3.000 sentrifus. Dalam Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau kesepakatan nuklir Iran, Iran diharuskan menyingkirkan dua pertiga sentrifus di fasilitas itu dan semua material nuklir. Proses itu perlahan dibatalkan ketika Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan tahun 2018.

Israel tak mampu merusak Fordow

Laporan IAEA baru-baru ini menunjukkan Iran meningkatkan produksi uranium yang diperkaya hingga level 60% di Fordow. "Peningkatan produksi dan akumulasi uranium yang diperkaya secara signifikan oleh Iran, satu-satunya negara non senjata nuklir yang memproduksi bahan nuklir itu, merupakan masalah serius," kata IAEA.

Itulah sebabnya Fordow menjadi fokus upaya Israel untuk menghancurkan program nuklir Iran. Namun AS adalah satu-satunya negara yang memiliki jenis bom yang diperlukan untuk menyerang situs nuklir Fordow. Israel pun berharap bantuan AS.

"Agar Fordow dihancurkan oleh bom dari langit, satu-satunya negara di dunia yang memiliki bom itu adalah AS. Dan itu adalah keputusan yang harus diambil AS," cetus Dubes Israel untuk AS, Yechiel Leiter.

Menghancurkan Fordow dari udara hampir mustahil bagi Israel dan perlu kekuatan senjata signifikan dari AS. Situs itu bahkan tak dapat dijangkau bom penetrator besar GBU-57 milik AS, yang hanya mencapai kedalaman sekitar 60 meter. GBU-57 juga hanya dapat dikirim pesawat pembom siluman B-2 AS.

"Bahkan GBU-57/B kemungkinan memerlukan beberapa kali tumbukan pada titik yang sama agar berpeluang bagus menembus fasilitas tersebut," kata sebuah laporan.

Analis lain setuju bahwa jika AS mencoba menyerang Fordow, tak dapat dilakukan dengan satu bom. "Saya akan mengandalkan serangan berulang," kata Cedric Leighton, mantan kolonel Angkatan Udara AS.

Albright mengatakan mungkin ada cara lain untuk melumpuhkan Fordow. "Israel mungkin dapat menghancurkan pintu masuk terowongan yang cukup jauh di belakang, dan menghancurkan sistem ventilasi. Jika menghancurkan (terowongan) dan pasokan listrik, butuh waktu berbulan-bulan sebelum mereka benar-benar dapat beroperasi lagi," katanya.


(fyk/fay)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global