Kepulauan Seribu -
Slow living jadi salah satu impian anak muda belakangan ini. Hidup jauh dari hiruk-pikuk kota tapi masih merasakan penghasilan layaknya orang kota. Hal itu pula yang dirasakan Saefi, seorang mantan teknisi di ibu kota.
Sejak 2003-2013, Saefi bekerja sebagai technical support EDC di beberapa bank terkemuka. Mulai bank BUMN sampai bank swasta. Karenanya, dia tak kagok ketika bicara soal mesin dengan petugas dari Teras BRI Kapal yang datang ke tokonya, Selasa (25/2/2025) lalu.
Setelah berhenti bekerja sebagai teknisi, Saefi menyambung hidup dengan berjualan di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Dia tidak memulai dari nol karena mewarisi toko kelontong milik mertuanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu berhentinya ya karena mertua ada usaha sendiri di sini, jadi disuruh nerusin," tutur Saefi ditemui detikINET di tokonya siang itu.
Macam-macam barang tersedia di toko Saefi. Mulai dari alat tulis, skincare, aksesoris, mi instan dan jajanan, hingga pulsa. Segala kebutuhan harian warga Pulau Panggang bisa ditemukan di toko Saefi yang berada tepat di depan dermaga.
Tak cuma menjaga warung, Saefi juga menjadi agen BRILink. Dia mengaku awalnya ditawari oleh petugas dari BRI pada 2015, sewaktu pertama kali Teras BRI Kapal datang ke Pulau Panggang dan melayani nasabah.
Sebagai mantan teknisi yang paham mesin EDC, Saefi mengaku saat itu langsung tertarik. Apalagi saat itu warga Pulau Panggang belum familier dengan layanan perbankan dengan mesin EDC seperti ini.
"Tertariknya ya karena kebutuhan orang sini buat ngirim (uang). Kalau dulu mau kirim uang kan harus nitip ke kapal, nggak canggih kayak sekarang bisa pakai macam-macam," cerita Saefi.
Hingga kini, Saefi masih menjadi agen bank nirkantor walau diakuinya jumlah transaksi tidak sebanyak dulu. Sebab, orang-orang sudah semakin familier dengan layanan perbankan digital, terutama yang berusia muda.
Meski begitu, Saefi mengakui tokonya masih cukup sering didatangi warga untuk melakukan transaksi. Biasanya 10-15 orang sehari. Rata-rata ibu-ibu dan bapak-bapak paruh baya yang lebih suka bertransaksi sambil berbelanja ke tokonya, sekalian mengobrol.
"Mereka juga merasa lebih aman transfer ke agen (daripada lewat handphone). Paling banyak transaksi belanja di toko online," katanya.
Sebagian pelanggannya juga tidak punya ATM, sehingga tidak bisa melakukan tarik tunai di ATM bank BUMD yang tersedia di pulau tetangga, Pulau Pramuka. Menurut Saefi, pengunjung paling ramai ketika gajian dan dana bantuan seperti BLT dan BPNT cair di awal bulan.
Saefi, agen BRILink Pulau Panggang. Foto: Debora Danisa Sitanggang/detikcom
Meski menyediakan layanan tarik tunai, Saefi mengaku kadang-kadang tak bisa melayani karena persediaan cash-nya terbatas. Warga pun harus menunggu Teras BRI Kapal datang setiap Selasa di Pulau Panggang.
"Tapi kadang-kadang ibu-ibu ada yang malas ke kapal, nggak mau antre kelamaan, jadi ke sini. Kalau di sini kan enak, tinggal kasih kartu (ATM) terus pencet PIN, sekalian belanja di warung," tuturnya.
Sementara untuk warga generasi milenial dan gen Z, menurut Saefi, mereka sudah lebih mengerti tentang perbankan digital. Walaupun kadang-kadang masih datang ke kiosnya, generasi muda ini cenderung lebih suka bertransaksi dengan QRIS.
"Lumayan ramai yang pakai QRIS, karena lebih simpel. Kadang mereka tanya, bisa pakai QRIS, nggak? Di sini ada QRIS," katanya.
Dalam sehari, Saefi mengaku setidaknya bisa mengantongi keuntungan antara Rp 200-300 ribu dari agen BRILink. Itu pun sudah dengan kios yang buka-tutup. Saefi tidak membuka tokonya full dari pagi sampai malam.
"Bukanya mulai jam 08.00, paling siang jam 09.00. Terus jam 12.00 tutup. Nanti jam 14.00 buka sampai jam 17.00. Buka lagi setelah Isya. Banyak tutupnya sih karena saya jualan sendirian," ungkapnya.
Ketika petugas dari Teras BRI Kapal datang, Saefi memanfaatkan kesempatan untuk bertanya tentang nomor agen dan nomor merchant yang tercetak di struk mesin EDC. Dia juga sempat berbincang dengan detikINET soal mesin EDC baru yang berbasis Android.
"Makanya ini saya juga nggak diajari, sudah bisa semua alatnya. Paling tanya sedikit kalau ada perbedaan, karena masing-masing bank bisa beda. (Untuk agen BRILink) katanya mau diganti mesin EDC touchscreen. Dia kayak handphone gitu, harus login dulu. Kalau mesin lama kan nggak, dinyalain udah langsung stand by," terang Saefi.
Mantri BRI di Kepulauan Seribu, Redi Framanto, menilai keberadaan agen BRILink sangat penting bagi nasabah di Kepulauan Seribu. Mereka menjadi perpanjangan tangan BRI karena belum ada ATM dan kantor cabang di sana. Teras BRI Kapal hanya datang setiap Selasa di Pulau Panggang.
"Transaksi di sini memang kebanyakan menggunakan agen BRILink, karena kita datang seminggu sekali. Kalau agen BRILink ini bisa serial hari, 24 jam, tergantung agennya," papar Redi ditemui di Teras BRI Kapal, Selasa (25/2).
Total ada lima agen BRILink untuk Pulau Panggang sendiri. Sementara di seluruh Kepulauan Seribu ada 19 agen. Dari data BRI KC Jelambar, sepanjang 2024 terdapat 4.769 transaksi yang dilayani agen BRILink Kepulauan Seribu.
"Keberadaan agen BRILink ini sebagai bagian dari ekosistem layanan Teras BRI Kapal terus ditingkatkan untuk dapat melayani nasabah setiap waktu," jelas Pimpinan Cabang BRI KC Jelambar Adi Sujarwanto, ditemui terpisah, Selasa (18/3).
(des/fay)