Menguak Sisi Gelap Antartika yang Bikin Ilmuwan Jadi Gila

2 days ago 11
Portal Buletin Hot Sore Viral Terbaik

Jakarta -

Anggota tim ilmuwan Afrika Selatan yang berada di Antartika dilaporkan jadi liar dan menyerang para koleganya. Memang situasi di sana tidak nyaman, ekstrem, dan tak terduga, seperti dituturkan seorang ilmuwan yang baru saja kembali dari sana.

Kondisi lingkungan di benua beku itu dapat mendorong manusia ke batas mentalnya. Dr Herman Van Niekerk, ahli geologi Universitas Johannesburg, baru saja kembali dari ekspedisi dua bulan di Sanae IV, pangkalan Antartika milik Afsel.

"Antartika sering diromantisasi, tapi ketika orang menyadari apa yang menunggu mereka, yah, tak banyak orang merasa mampu melakukannya," kata Van Niekerk pada The Telegraph.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya telah membawa mahasiswa ke sana dan beberapa dari mereka tak bisa menghadapi isolasi, cuaca ekstrem dan menakutkan, perspektif yang hilang ketika Anda tidak dapat menilai jarak dalam warna putih," imbuhnya.

Dalam situasi yang digambarkan seperti film horor, salah satu dari sembilan anggota kru yang terjebak mengirim email putus asa tentang seorang rekan kerja yang disebut dengan kasar memukul, mengancam, dan melecehkan di pangkalan itu.

Mereka menyebut perilakunya sangat mengganggu, menimbulkan ketakutan dan intimidasi. "Saya tetap sangat khawatir tentang keselamatan saya sendiri, terus-menerus bertanya apa saya mungkin jadi korban berikutnya," tulis email itu.

Semua anggota kru menjalani tes psikologi sebelum menuju pangkalan. "Tetapi Anda tidak dapat memprediksi bagaimana Antartika akan memengaruhi orang-orang dalam kenyataan ketika tidak ada kehidupan sejauh bermil-mil," cetus Herman.

Meski telah diperiksa cermat, Herman menyebut seorang mahasiswa ketakutan sampai menolak meninggalkan tenda untuk kembali ke pangkalan. "Orang-orang mengungkap siapa mereka ketika terpapar kondisi ekstrem," katanya.

Tim di pangkalan biasanya termasuk teknisi, ilmuwan, dan dokter, tapi tidak ada yang mengelola keamanan. "Ada dokter, mekanik, dan anggota badan antariksa. Namun tidak ada yang bertanggung jawab atas keamanan, tidak ada senjata api atau semacamnya," kata Herman.

Selain dingin mematikan dan angin begitu kencang, musim dingin Antartika membuat pangkalan berada dalam kegelapan hampir total selama 10 bulan ke depan. "Ketika tak ada siang hari, Anda khawatir orang memasuki siklus waktu berbeda, dengan beberapa orang terjaga sementara yang lain tidur. Ini adalah lingkungan sangat sulit," katanya

Ia menggambarkan kondisi dalam Sanae IV, yang terdiri dari tiga blok dan dua lantai. Blok A menampung laboratorium, akomodasi, dan rumah sakit. Blok B memiliki bar, ruang permainan, dan ruang film, sementara Blok C mencakup mesin vital seperti generator, penyimpanan air, dan pemurnian.

Daftar aturan untuk kru ada di ruang makan, termasuk pedoman tentang alkohol. "Anda mengambil apa yang Anda butuhkan dan harus membuat cadangan makanan bertahan sepanjang musim," katanya.

Romansa cukup langka tapi kadang terjadi. "Mereka manusia dan Anda tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi. Hubungan memang dimulai di sana. Saya tahu orang-orang yang berada di sana pada tahun 2016-17. Mereka bertemu dan menikah dan sekarang punya dua anak," kisahnya.

Kesepian dapat membuat kehidupan di pinggiran peradaban sangat sulit, terutama saat harus meninggalkan pangkalan. "Terutama ketika saya keluar dengan mobil salju. Itu meresahkan karena Anda tidak dapat melihat celah-celah es. Badai juga datang sangat cepat, bahkan di musim dingin. Ada banyak hal tidak diketahui," katanya.

Bahkan jika pihak berwenang menginginkan evakuasi, mustahil bagi misi penyelamatan ke pangkalan tersebut sekarang karena musim dingin Antartika dimulai dan sangat berbahaya. "Butuh 10-14 hari dengan perahu dan kemudian naik helikopter jika cuaca memungkinkan di musim panas. Musim dingin akan sulit. Saya rasa kami takkan melihat orang-orang itu lagi hingga Desember," pungkasnya.


(fyk/rns)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global