Pelaku Industri Kreatif Pakai AI Bikin Karya, Emang Boleh?

2 days ago 17
Update Buletin Malam Cermat Terpercaya
Jakarta -

Belakangan, penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam menciptakan karya kreatif menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Sebagian pelaku industri kreatif memanfaatkan AI untuk mempermudah proses kreatif, namun tak sedikit pula yang mempertanyakan etika dan orisinalitas karya yang dihasilkan.

Lantas, bagaimana pandangan para pelaku industri kreatif, khususnya di Indonesia, terhadap fenomena ini? Salah satu figur yang berbagi pandangannya adalah Didiet Maulana, seorang desainer fesyen ternama yang dikenal dengan karya-karyanya yang mengangkat budaya Indonesia

Sebagai Alat Bukan Pengganti Kreativitas

Saat berbincang dengan sejumlah awak media, Didiet Maulana berbagi pengalamannya menggunakan AI dalam proses kreatifnya. Ia mengakui bahwa AI kini menjadi bagian dari kesehariannya, terutama untuk keperluan riset.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menggunakan AI? Jujur, sekarang iya," ungkap Didiet.

Ia mencontohkan bagaimana dirinya memanfaatkan AI untuk mencari referensi, seperti saat ingin mendalami budaya Sumba Timur.

"Aku akan mengetik, 'Saya ingin riset tentang Sumba Timur. Kira-kira buku referensi apa yang harus dibaca?'" ujarnya mencontohkan.

Namun, Didiet menegaskan bahwa AI hanya berfungsi sebagai alat bantu, bukan penentu utama karya. Baginya, kunci utama tetap pada pengalaman langsung dan pemahaman mendalam terhadap identitas kreatif seorang desainer.

"Kalau kita nggak tahu apa yang mau kita kembangkan, nanti desainnya malah mirip dengan yang lain. Akhirnya cuma bertarung harga, bukan orisinalitas," turut pria kelahiran Jakarta ini.

AI membantu pengembangan ide

Desainer Didiet Maulana Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

Transisi dari Analog ke Digital

Sebagai desainer dari generasi transisi, Didiet memiliki pendekatan yang unik dalam menggabungkan referensi analog dan digital. Ia terbiasa mengumpulkan inspirasi dari buku, kunjungan ke museum, dan pengalaman langsung, yang kemudian diperkaya dengan kemudahan teknologi digital.

"Visual references yang aku experience secara langsung itu beda. Bukan copy-paste, tapi kita tahu cara memodifikasinya," ujarnya.

Menurut Didiet, AI membantu menyusun struktur berpikir dan mempermudah proses pengembangan ide.

"AI mempermudah cara kita menemukan struktur berpikir untuk mengeluarkan satu koleksi," kata alumni Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan ini.

Namun, ia menekankan pentingnya mengenal "DNA" atau identitas kreatif seorang desainer sebelum menggunakan AI.

"Jangan sampai kita tergantung pada AI sehingga lupa sejatinya kita apa," tambahnya.

AI: Teman atau Ancaman?

Awalnya, Didiet mengaku skeptis terhadap penggunaan teknologi dalam desain. "Aku kekeh bahwa desain nggak boleh tersentuh teknologi," kenangnya.

Namun, setelah mempelajari cara kerja AI dan bereksperimen dengan prompt-prompt, ia melihat potensi besar yang ditawarkan. AI, baginya, adalah alat yang memudahkan desainer mencapai hasil yang diinginkan, asalkan desainer tetap memegang kendali kreatif.

"The real driver itu kita. AI adalah tools untuk memudahkan kita mendapatkan result yang kita mau," tegas Didiet.

Ia juga menyoroti pentingnya menjaga cita rasa personal dalam setiap karya. Baik sebagai penulis, desainer fesyen, arsitek, maupun profesi kreatif lainnya, seorang kreator harus memiliki gaya yang khas.

"Kita harus tahu personal style kita seperti apa. AI bisa kasih referensi, tapi kadang cocok, kadang enggak," ujarnya.

Bagi para desainer atau pelaku industri kreatif yang ingin memanfaatkan AI, Didiet memberikan saran sederhana namun mendalam: kenali diri sendiri terlebih dahulu.

"Sebelum menjelajahi AI, kenali dulu DNA kita seperti apa. Jangan sampai kita kehilangan identitas karena terlalu bergantung pada AI," pesannya.

"Jadi kenalin diri kita dulu, dan baru pakai AI untuk memudahkan pekerjaan," tandas pria berkacamata ini.

Simak Video "Video Proyek Film 'AI on Screen' Google: Eksplorasi Relasi Manusia dan AI"
[Gambas:Video 20detik]
(vmp/vmp)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global