Manuskrip kuno yang dinamai 'Star Manual of Master Shi' atau Buku Panduan Bintang Master Shi, berisi katalog bintang kuno berbahasa China. Penemuan itu kini diklaim oleh para astronom di Chinese National Astronomical Observatories (NAO) sebagai katalog bintang tertua yang masih ada di dunia.
Klaim ini tentu menghebohkan, dan menimbulkan pertanyaan besar mengenai asal usul astronomi. Berasal dari sekitar 355 SM, Star Manual of Master Shi mendahului katalog bintang terstruktur yang dikenal sebelumnya selama berabad-abad.
Buku ini mencerminkan tradisi astronomi canggih yang menghubungkan pengamatan langit dengan pemerintahan kekaisaran, sebuah sistem yang dipertahankan oleh para birokrat China selama hampir dua milenium.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berakar pada Budaya Kekaisaran
Dilansir dari The Daily Galaxy, Jumat (25/7/2025) katalog ini menampilkan rasi bintang yang menggambarkan istana kekaisaran di langit, termasuk kereta perang kaisar, pasar surgawi, bahkan bintang yang melambangkan toilet berisi kotoran.
Gambar-gambar ini menyoroti bagaimana para astronom China awal, kemungkinan termasuk Shi Shen, seorang astrolog berpengaruh dari periode Negara-Negara Berperang, mengorganisasikan langit malam ke dalam bentuk-bentuk simbolis yang mencerminkan struktur duniawi.
Sistem ini menghubungkan pertanda surgawi dengan mandat kaisar, yang memungkinkan para astrolog istana untuk menafsirkan peristiwa kosmik sebagai panduan untuk menjaga harmoni di Bumi.
Katalog tersebut bertahan selama berabad-abad berkat penyalinan dan pelestarian yang cermat. Sekitar abad ketiga Masehi, seorang astronom menyalin kembali data atau karya Shi yang terinspirasi oleh alirannya, yang selanjutnya dilestarikan selama Dinasti Tang (618-907 Masehi). Beberapa manuskrip ditemukan berabad-abad kemudian, termasuk satu manuskrip yang dilaporkan ditemukan di perut patung Buddha sekitar 400 tahun yang lalu.
Metode Komputasi Baru
Astronom Boliang He dan Yongheng Zhao dari NAO menggunakan algoritma komputasi berbasis Generalized Hough Transform, sebuah teknik pemrosesan citra, untuk menganalisis katalog bintang historis. Algoritma mereka memproses koordinat bintang purba, menyaring data yang rusak atau salah, dan memperkirakan posisi historis Kutub Utara langit untuk menentukan tanggal katalog secara akurat.
Analisis mereka menunjukkan bahwa sekitar separuh posisi bintang dalam Star Manual of Master Shi berasal dari sekitar tahun 355 SM, bertepatan dengan era Shi Shen. Separuh lainnya tampaknya telah diperbarui sekitar 125 M, kemungkinan pada masa Dinasti Han Timur, ketika para astronom, termasuk Zhang Heng yang terkenal, seorang penemu bola armiler, secara sistematis memasukkan hasil pengamatan baru. Komposisi berlapis ini menjelaskan inkonsistensi posisi bintang yang ditemukan dalam studi-studi sebelumnya.
Perdebatan Akurasi dan Penanggalan
Meskipun ada terobosan ini, penanggalan katalog tersebut masih diperdebatkan. Sejarawan Boshun Yang berpendapat bahwa banyak posisi bintang yang lebih tua kemungkinan besar merupakan hasil pengukuran yang dilakukan dengan instrumen yang tidak sejajar, kemungkinan meleset sekitar satu derajat dari kutub utara langit yang sebenarnya. Ketidaksejajaran tersebut akan mendistorsi presesi yang dipersepsikan, sehingga menciptakan dua kelompok penanggalan yang berbeda dalam posisi bintang dalam katalog.
Yang dan yang lainnya berpendapat bahwa sistem koordinat bola katalog tersebut lebih selaras dengan asal usulnya pada abad pertama SM, ketika bola armiler ditemukan dan model kosmologi bola diadopsi di China.
Model ini menggantikan konsepsi awal tentang alam semesta datar, menandai pergeseran signifikan dalam astronomi China. Daniel Patrick Morgan, sejarawan di Center for Research on East Asian Civilizations di Prancis, membandingkan gagasan sistem koordinat bola abad ke-4 SM dengan 'penemuan struk pembelian bahan bakar dari tahun 1700', yang menekankan tantangan yang ditimbulkan oleh penanggalan awal ini terhadap pemahaman sejarah konvensional.
Jika terkonfirmasi, Buku Panduan Bintang Master Shi akan lebih tua daripada katalog Hipparchus Yunani dari sekitar tahun 130 SM, yang telah lama dianggap sebagai katalog bintang terstruktur paling awal dalam astronomi Barat. Meskipun catatan bintang Babilonia berasal dari abad ke-8 SM dan mencatat kapan bintang terbit, catatan tersebut tidak menampilkan tata letak grafis dan sistem koordinat yang detail seperti dalam katalog Tiongkok.
Dampak pada Astronomi Global
Keberlangsungan dan pembaruan katalog ini selama berabad-abad mencerminkan tradisi astronomi China yang berkelanjutan, yang telah memengaruhi perkembangan ilmiah jauh melampaui asal-usulnya.
Para peneliti, He dan Zhao, berencana untuk menerapkan metode mereka pada katalog bintang tradisional China lainnya dan mengeksplorasi periode-periode selanjutnya, termasuk era Dinasti Ming, ketika astronomi China dan Barat pertama kali berinteraksi.
Pekerjaan mereka selaras dengan tujuan budaya yang lebih luas untuk menyoroti warisan ilmiah China dan mempromosikan pertukaran lintas budaya, menggemakan seruan Presiden China Xi Jinping agar 'peradaban berkembang melalui pertukaran dan pembelajaran bersama."
Studi ini saat ini sedang ditinjau oleh jurnal Research in Astronomy and Astrophysics dan menambahkan bab baru dalam pemahaman catatan astronomi tertua umat manusia.
Simak Video "Video POV: Lihat Langsung Koleksi Artefak Bersejarah di BRIN"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)