Gumpalan Misterius di Perut Bumi Bisa Picu Letusan Gunung Berapi Mematikan

15 hours ago 2

Jakarta -

Letusan gunung berapi dapat menghancurkan infrastruktur penting, lalu lintas udara darat selama berhari-hari, memusnahkan seluruh kota, mengganggu iklim selama bertahun-tahun, dan bahkan memusnahkan kehidupan di Bumi. Jadi, penting untuk mengetahui apa yang menyebabkannya meletus.

Penelitian baru telah mengungkap bahwa fitur-fitur spesifik jauh di dalam Bumi dapat dikaitkan langsung dengan letusan dahsyat tersebut. Ribuan kilometer di bawah permukaan Bumi, terdapat lapisan batuan panas padat yang disebut mantel bawah.

Diagram di buku pelajaran sekolah selama ini membuat kita percaya bahwa area tersebut merupakan lapisan halus. Padahal, mantel bawah sebenarnya mengandung topografi pegunungan, dengan dua struktur seukuran benua, yang kemungkinan terbuat dari material yang berbeda dari lapisan di sekitarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Struktur tersembunyi ini memiliki jajaran tebing terjal yang bergeser dan melengkung seperti lempeng tektonik jauh di atasnya. Ahli vulkanologi Annalise Cucchiaro dari Wollongong University di Australia dan rekan-rekannya, telah menemukan struktur basal mantel bawah yang besar ini, yang disebut 'BLOB' yang berarti gumpalan oleh tim peneliti. BLOB memiliki pengaruh langsung terhadap aktivitas vulkanik di permukaan Bumi.

BLOB di perut BumiSkema hubungan spasial antara struktur mantel basal dan letusan gunung berapi dengan asumsi adanya bulu mantel seperti pada penelitian sebelumnya (kiri) dan dengan bulu mantel eksplisit seperti pada penelitian ini (kanan). Skema ini tidak digambar sesuai skala. Foto: Communications, Earth & Environment

Ketika kolom batu membara yang dikenal sebagai gumpalan mantel dalam pertama kali muncul dari kedalaman hampir 3.000 kilometer, kita melihat jenis gunung berapi yang mengguncang Bumi yang memusnahkan sebagian besar kehidupan di Bumi, dan berperan dalam kepunahan dinosaurus.

BLOB tampaknya merupakan sumber yang memungkinkan dari gumpalan bawah tanah ini, dan tim Cucchiaro kini telah mengkonfirmasi hubungan ini menggunakan tiga set data berbeda yang menyediakan detail ekstensif tentang letusan gunung berapi besar yang terjadi sekitar 300 juta tahun lalu.

"Penelitian ini menyoroti pentingnya gumpalan mantel dalam bertindak sebagai 'jalan raya magma' ke permukaan, menciptakan letusan raksasa ini," kata Cucchiaro seperti dikutip dari Science Alert.

Hal ini juga menunjukkan bahwa gumpalan-gumpalan ini bergerak bersama sumbernya, yaitu BLOB. Terdapat dua BLOB di dalam mantel bawah. Satu berada di bawah belahan Bumi Afrika, dan yang lainnya di bawah Pasifik.

BLOB di perut BumiCuplikan 3D dari model semburan dan BLOBS 60 juta tahun lalu di bawah belahan bumi Afrika (a) dan Pasifik (b). Foto: Communications, Earth & Environment

Kita masih belum tahu apakah BLOB benar-benar ada di tempatnya, atau apakah mereka selalu bergerak melalui konveksi, tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa itu adalah sistem dinamis dengan dampak langsung bagi kita, penghuni permukaan.

Dengan mensimulasikan pergerakan BLOB 1 miliar tahun yang lalu, tim menunjukkan bahwa mereka menghasilkan gumpalan mantel yang terkadang sedikit miring saat naik. Ini berarti letusan terjadi tepat di atas BLOB, atau di dekatnya, dan lokasi-lokasi ini cocok dengan lokasi letusan yang telah diketahui.

"Kami menggunakan statistik untuk menunjukkan bahwa lokasi letusan gunung berapi raksasa di masa lalu secara signifikan berkaitan dengan gumpalan mantel yang diprediksi oleh model kami," kata Cucchiaro dan rekannya, ahli geosains Nicholas Flament, menjelaskan dalam The Conversation.

"Hal ini menggembirakan, karena menunjukkan bahwa simulasi memprediksi adanya gumpalan mantel di beberapa tempat dan terkadang secara umum konsisten dengan catatan geologi," tulis mereka.

Selain merusak, letusan besar juga memiliki kekuatan untuk menciptakan, dan mengetahui di mana letusan tersebut mungkin terjadi, baik secara historis maupun di masa mendatang, juga dapat membantu kita menemukan harta karun magmatik seperti kimberlite dan berlian, serta mineral yang dapat digunakan dalam memanfaatkan energi terbarukan.

"Penelitian ini mengungkap salah satu pertanyaan yang telah lama menghantui para ilmuwan, apakah BLOB bersifat stasioner atau bergerak dan bagaimana kaitannya dengan ledakan gunung berapi raksasa, jadi sungguh menggetarkan untuk akhirnya bisa mengungkap misteri ini," kata Flament.


(rns/afr)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global