Puasa Bisa Mengubah Otak Manusia, Kok Bisa?

2 weeks ago 28
Situs Info News Petang Akurat Non Stop
Jakarta -

Berpuasa, terutama puasa intermiten (berkala), sering dikaitkan dengan penurunan berat badan. Namun, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan manfaat yang lebih dalam: puasa ternyata dapat secara harfiah mengubah struktur dan fungsi otak manusia.

Para ilmuwan menemukan perubahan terukur pada area otak yang bertanggung jawab mengendalikan impuls dan mengatur nafsu makan. Dengan kata lain, efek puasa melampaui apa yang ada di piring kamu. Ini juga menjangkau hingga cara kerja organ paling kompleks di tubuh kita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Cellular and Infection Microbiology mengamati peserta yang menjalani puasa intermiten. Hasilnya tak hanya menunjukkan penurunan berat badan rata-rata 7,6 kg, tetapi juga transformasi signifikan pada girus orbital frontal inferior kiri di otak peserta. Wilayah otak ini diketahui krusial untuk fungsi pengendalian impuls dan pengambilan keputusan.

Yang lebih mengejutkan, perubahan otak ini berjalan seiring dengan perubahan komposisi bakteri usus. Mikroba tertentu seperti Coprococcus dan Eubacterium hallii terbukti berkembang biak selama periode puasa.

Bakteri-bakteri ini menghasilkan senyawa, seperti asam lemak rantai pendek, yang kemudian masuk ke aliran darah dan secara aktif memengaruhi fungsi otak.

Rontgen OtakPerubahan otak gegara puasa Foto: Hashem Al-Ghaili via Techfixated

Peran Tak Terduga Bakteri Usus

Pernah merasa 'hangry' atau mudah marah saat lapar? Itu adalah salah satu contoh nyata bagaimana sinyal dari usus kamu dapat memengaruhi kondisi otak dan suasana hati. Jalan raya komunikasi dua arah ini ternyata jauh lebih canggih dari perkiraan sebelumnya.

Selama periode puasa, mikrobioma usus kita berubah . Bakteri yang bermanfaat tumbuh subur, menghasilkan asam lemak rantai pendek dan metabolit lain yang mengalir melalui aliran darah.

Senyawa-senyawa ini tidak hilang begitu saja dari sistem tubuh. Senyawa-senyawa tersebut secara aktif memengaruhi kimia otak Anda, meningkatkan kemampuan Anda untuk menahan dorongan hati dan berpotensi meningkatkan fungsi kognitif.

"Hubungan otak-usus merupakan salah satu bidang ilmu kedokteran modern yang paling menarik. Apa yang kita lihat dengan puasa intermiten adalah bahwa mengubah waktu makan dapat memberikan dampak yang besar pada kedua sistem tersebut." ujar Dr. Sarah Jenkins, ahli saraf di Universitas Columbia.

Sains di Balik 'Reset' Otak

usus besar Foto: ilustrasi/thinkstock

Bagaimana tepatnya puasa bisa 'merombak' otak? Saat berpuasa, tubuh tak hanya membakar lemak, tapi juga memicu serangkaian proses biologis yang memengaruhi sirkuit saraf.

Salah satu faktor kuncinya adalah peningkatan brain-derived neurotrophic factor (BDNF), protein yang sering dijuluki 'pupuk otak'. BDNF mendukung kelangsungan hidup neuron yang ada dan mendorong pertumbuhan sel saraf baru, terutama di hipokampus (area penting untuk belajar dan memori).

"Puasa tampaknya meningkatkan produksi BDNF secara signifikan," catat ahli saraf Dr. Mark Mattson dari Universitas Johns Hopkins dalam penelitian sebelumnya. "Ini mungkin menjelaskan mengapa banyak orang melaporkan merasa lebih tajam secara mental selama dan setelah periode puasa."

Selain BDNF, puasa juga diketahui dapat:

  • Meningkatkan neuroplastisitas: Kemampuan otak untuk beradaptasi dan membentuk koneksi saraf baru.
  • Mengurangi neuroinflamasi: Peradangan pada saraf yang dikaitkan dengan penurunan kognitif dan gangguan suasana hati.
  • Mendorong autophagy: Proses 'pembersihan' seluler yang membuang sel-sel rusak, termasuk di otak, untuk meningkatkan fungsi keseluruhan.

Kombinasi proses ini menciptakan kondisi ideal untuk perubahan positif pada otak, terutama pada wilayah yang mengatur pengambilan keputusan dan pengendalian impuls. Jadi, puasa lebih dari sekadar strategi penurunan berat badan; ia adalah intervensi yang berpotensi membentuk kembali cara kerja otak kita.

Adult and child hands holding encephalography brain paper cutout,autism, Stroke, Epilepsy and alzheimer awareness, seizure disorder, stroke, ADHD, world mental health day concept Bonus Kejernihan Mental Foto: Getty Images/ThitareeSarmkasat

Bonus Kejernihan Mental

Banyak orang yang rutin berpuasa intermiten melaporkan manfaat tak terduga: peningkatan kejernihan mental. James Thompson, seorang insinyur perangkat lunak berusia 42 tahun, berbagi pengalamannya, "Ada ketajaman mental yang muncul sekitar jam ke-14 puasa saya. Fokus saya meningkat drastis."

Pengalaman ini didukung sains. Puasa tampaknya mengoptimalkan metabolisme energi otak. Tubuh beralih dari menggunakan glukosa menjadi keton sebagai bahan bakar utama.

Banyak ahli saraf percaya keton menyediakan sumber energi yang lebih efisien dan 'lebih bersih' bagi otak. Otak biasanya mengonsumsi sekitar 20% energi tubuh Anda meskipun hanya 2% dari berat tubuh. Selama berpuasa, keton menyediakan alternatif pembakaran yang lebih bersih daripada glukosa, yang berpotensi mengurangi produksi radikal bebas yang merusak.

Peralihan metabolisme ini mungkin menjelaskan mengapa banyak orang merasakan peningkatan konsentrasi, pemikiran lebih jernih, dan bahkan suasana hati yang lebih baik selama periode puasa.

Kesimpulannya, puasa intermiten bukan lagi sekadar tren penurunan berat badan. Ini adalah intervensi kuat yang dapat memicu perubahan signifikan pada otak, memengaruhi pengendalian diri, nafsu makan, dan bahkan kejernihan mental melalui hubungan kompleks antara usus, metabolisme, dan sirkuit saraf, demikian dilansir Techfixated.

Simak Video "Video: Bau Mulut Saat Puasa? Ini Tips Jaga Kebersihan Mulut"
[Gambas:Video 20detik]
(afr/afr)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global