Jakarta -
Selama 40 ribu tahun terakhir, Homo sapiens menjadi satu-satunya spesies manusia yang berjalan di Bumi. Nenek moyang kita punah ribuan tahun lalu, tidak meninggalkan apa pun kecuali fosil, beberapa artefak yang tersebar, dan jejak yang masih tertinggal dalam DNA kita. Namun bagaimana jika mereka tidak punah dan hidup di zaman sekarang?
Menggunakan AI ChatGPT, Mail Online mencoba menerjemahkan wujud Neanderthal dan Denisova berdasarkan penjelasan ciri-cirinya menurut para ahli.
Dr. April Nowell, seorang arkeolog paleolitik dari Victoria University menyebutkan, Neanderthal dan Denisova merupakan kerabat manusia purba terdekat kita. Manusia Neanderthal muncul sekitar 400.000 tahun lalu, saat mereka merupakan cabang dari nenek moyang kita. Sementara itu, Denisova adalah spesies manusia purba yang jauh lebih sulit dipahami yang terpisah dari garis evolusi Neanderthal sekitar 430 ribu tahun yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika mereka tetap sebagai spesies terpisah dan tidak punah, Neanderthal dan Denisova mungkin akan terlihat sama seperti di masa lalu.
Wujud Neanderthal
"Dari catatan fosil yang melimpah, kita tahu bahwa Neanderthal sedikit lebih pendek dari kita secara rata-rata, dengan kaki yang lebih pendek dan pinggul yang lebih lebar. Neanderthal sangat berotot dan kekar, dengan tubuh besar dan kepala yang lebih besar lagi," papar Nowell, dikutip dari Mail Online.
Tengkoraknya menunjukkan bahwa mereka memiliki ruang untuk otak yang lebih besar daripada manusia modern dan dibedakan dengan tonjolan alis yang besar dan dahi yang kecil. Meskipun demikian, para ahli mengatakan mereka masih dapat dikenali dengan jelas sebagai sesama manusia.
"Kami tidak mengetahui adanya ciri fisiologis yang membuat Neanderthal berbeda, yaitu ciri-ciri yang tidak tumpang tindih. Hampir setiap ciri fisik pada Neanderthal memiliki variasi yang sama dengan ciri fisik kita saat ini, setidaknya sampai batas tertentu," kata Profesor John Hawks, seorang antropolog dari Wisconsin-Madison University.
Artinya, mereka tidak akan terlihat seperti manusia gua yang besar dan lamban, tetapi seperti variasi manusia yang sedikit berbeda.
Foto: ChatGPT via Mail Online
Wujud Denisova
Sementara itu, Denisova sedikit lebih misterius. Baru pada bulan ini para ilmuwan mengidentifikasi tengkorak Denisova yang pertama, dan selain itu, hanya ada sedikit fragmen tulang yang dapat dijadikan dasar perkiraan wujudnya.
Berdasarkan tengkorak yang baru diidentifikasi, para ahli meyakini bahwa Denisova memiliki wajah lebar dengan pipi tebal dan datar, mulut lebar, dan hidung besar.
Tulang-tulang ini juga menunjukkan bahwa Denisova merupakan manusia yang luar biasa besar dan berotot, jauh lebih kuat daripada Homo sapiens yang lebih ramping.
Tidak terlalu berbeda
Akan tetapi, para ahli mengatakan bahwa Homo sapiens, Denisova, dan Neanderthal mungkin tidak terlalu berbeda dalam jangka waktu lama.
Spesies manusia ini banyak melakukan perkawinan silang selama periode yang tumpang tindih, dan banyak manusia modern membawa setidaknya beberapa DNA Neanderthal dan Denisova. Jika spesies ini tidak punah, mereka mungkin terus kawin silang dan mencampurkan gen kita.
"Dalam satu hal, mereka tidak pernah punah. Kita menyatu. Mungkin jumlah DNA Neanderthal dan Denisova yang relatif rendah pada manusia masa kini mencerminkan fakta bahwa manusia modern (Homo sapiens) lebih banyak jumlahnya," kata Dr Hugo Zeberg, seorang pakar aliran gen dari Neanderthal dan Denisova ke manusia modern dari Karolinska Institutet di Swedia.
"Tetapi dengan lebih banyak peluang pertemuan, kita mungkin memiliki lebih banyak DNA kuno yang ada dalam kumpulan gen manusia modern," jelasnya.
Peneliti masih mempelajari bagaimana gen purba memengaruhi manusia modern, jadi sulit mengatakan efek apa yang mungkin ditimbulkan oleh pencampuran ini.
Namun Dr. Zeberg menunjukkan bahwa gen Denisova bertanggung jawab atas adaptasi dataran tinggi bagi orang Tibet dan beberapa pengaruh bentuk bibir pada populasi Amerika Latin.
Demikian pula, hibrida Neanderthal dan Homo Sapiens kemungkinan besar memiliki campuran ciri-ciri kedua spesies seperti kepala yang lebih besar, anggota tubuh yang lebih panjang, dan pinggul yang lebih sempit.
Seiring berjalannya waktu, sejumlah ilmuwan meyakini Denisova, Neanderthal, dan Homo Sapiens mungkin telah bergabung menjadi satu spesies manusia dengan campuran semua ciri.
"Saya pikir mustahil bagi Denisova dan Neanderthal untuk mempertahankan isolasi genetik yang cukup untuk tetap menjadi populasi yang terpisah," kata Dr Bence Viola, seorang paleoantropolog di Toronto University.
"Kita tahu bahwa mereka kawin silang dengan manusia modern setiap kali mereka bersentuhan, jadi semakin banyak kontak yang terjadi, semakin banyak pula percampuran yang terjadi. Jadi, di kemudian hari mereka menjadi bagian dari kita," jelasnya.
Foto: ChatGPT via Mail Online
Jika Mereka Tidak Punah
Jika Neanderthal dan Denisova tidak punah ribuan tahun lalu, dunia mungkin akan sangat berbeda. Dari bukti yang kita miliki mengenai spesies purba ini, kita tahu bahwa mereka hidup dalam komunitas yang jauh lebih kecil dan memiliki dampak yang jauh lebih terbatas terhadap daratan.
Faktanya, Dr. Zeberg menunjukkan bahwa manusia modern tampaknya unik dalam cara kita memodifikasi dunia di sekitar kita melalui pertanian dan kota-kota besar.
Salah satu konsekuensi anehnya adalah bahwa dunia tempat Homo sapiens tidak dominan mungkin berarti dunia yang tidak ada hewan peliharaan.
Pasalnya, tidak ada bukti bahwa Neanderthal dan Denisova berusaha memelihara hubungan dengan hewan melalui domestikasi. Itu berarti, di dunia yang sekarang mungkin tidak akan kucing, anjing, kuda, atau bahkan spesies pertanian modern seperti sapi dan domba.
Namun, karena lebih banyak gen anti-sosial yang dimilikinya, manusia mungkin juga bakal terhindar dari beberapa kecenderungannya yang lebih merusak.
"Jika Neanderthal adalah yang bertahan hidup, kita mungkin tidak akan mengalami masalah seperti yang kita alami dengan perubahan iklim, karena kecenderungan mereka untuk lebih terisolasi dalam kelompok masing-masing mungkin telah membatasi bagaimana teknologi menyebar dan digunakan, dan seberapa besar lingkungan dieksploitasi," kata Dr. Zeberg.
(rns/fay)