Waspada, Jenis-jenis Deepfake Ini Mengincar Rekeningmu

6 hours ago 1

Jakarta -

Sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang rentan terhadap serangan siber, disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk nilai data sensitif yang dikelola oleh bank, serta kompleksitas dan ketergantungan pada teknologi digital. Dengan transaksi digital yang terus meningkat, kejahatan siber berbasis AI juga semakin meningkat dan sulit dideteksi.

Bayangkan, kamu menerima panggilan video call dari bos tempatmu bekerja. Ia menginstruksikan transfer dana dalam jumlah besar ke rekening tertentu. Wajah dan suara di panggilan video terlihat asli. Namun, dalam hitungan jam, dana lenyap. Investigasi mengungkap fakta mengejutkan, si bos tidak pernah melakukan panggilan. Ternyata itu adalah hasil manipulasi teknologi deepfake.

Cerita seperti ini, disebutkan Ganda Raharja Rusli, Director of Risk, Compliance, and Legal Allo Bank, bukan lagi sekadar teori, namun menjadi ancaman nyata bagi industri perbankan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setidaknya ada dua jenis deepfake yang mengancam industri perbankan, saat ini:

  • Voice cloning scam (kloning suara)
  • Identity theft & synthetic kyc (pencurian identitas & data sintetis customer)

Dijelaskan Ganda, modus penipuan voice cloning menjadi senjata baru bagi para penjahat siber di zaman sekarang. Dengan kecanggihan ini, mereka mampu meniru suara seseorang dengan begitu akurat, memungkinkan pelaku kejahatan untuk melakukan penipuan yang lebih nyata.

Allo Bank Advance.AIGanda Raharja Rusli, Director of Risk, Compliance, and Legal Allo Bank. Foto: Rachmatunnisa/detikINET

"Voice cloning ini menirukan orang asli dalam bentuk suara. Kasus ini sudah terjadi di luar negeri, malingnya merekayasa suara seorang pemimpin perusahaan menginstruksikan ke bawahannya untuk melakukan transfer. Karena mirip, bawahannya percaya saja. Ternyata bukan (bosnya)," tutur Ganda dalam acara roudtable dengan media tentang ancaman deepfake di kantor pusat Allo Bank, Jakarta Selatan, Kamis (17/7/2025).

Yang kedua adalah pencurian identitas customer secara lengkap, bahkan hingga bisa ditampilkan dalam panggilan video dengan wajah dan suara yang mirip.

"Bahkan seorang pemimpin negara pun bisa dibikin parodi dengan AI video, mulutnya seolah berbicara sungguhan sesuai dengan kata-katanya, bahkan suarany mirip," Ganda memberikan gambaran.

"Jadi kalau dulu-dulu kita lihat ini sekadar lucu-lucuan, sekarang digunakan oleh pelaku kejahatan cyber," imbuhnya.

Seiring dengan semakin kompleksnya modus penipuan dan pesatnya kemajuan teknologi deepfake, lanjut Ganda, bank digital perlu mengadopsi langkah-langkah antisipatif yang seimbang.

"Bank digital perlu menerapkan strategi optimasi risiko yang mampu menyeimbangkan antara pengalaman nasabah dan aspek keamanan, guna menjaga kepuasan serta loyalitas jangka panjang," ujarnya.

Allo Bank Advance.AIAnggraini Rahayu, Country General Manager Advance.AI. Foto: Rachmatunnisa/detikINET

Anggraini Rahayu, Country General Manager Advance.AI, teknologi penyedia solusi keamanan berbasis AI, menyebutkan bahwa evolusi teknologi deepfake yang begitu cepat dan dampaknya terhadap sektor keuangan menjadi ancaman serius bagi fondasi utama kepercayaan konsumen dalam perbankan digital

"Pendekatan keamanan yang proaktif tidak hanya penting untuk melindungi pengguna dari potensi kerugian pribadi, tetapi juga krusial dalam menjaga reputasi institusi keuangan," tutupnya.


(rns/rns)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global