Jakarta -
PT Merdeka Battery Materials Tbk (IDX: MBMA) mengumumkan penandatanganan perjanjian definitif dengan mitra strategis. Adapun perjanjian tersebut untuk pembangunan pabrik pengolahan High-Pressure Acid Leach (HPAL).
Pabrik HPAL ini dirancang untuk memiliki kapasitas terpasang sebesar 90.000 ton nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun. Nantinya, Pabrik HPAL akan dibangun dan dioperasikan oleh PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) di dalam kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Lokasi tersebut bersebelahan dengan pabrik HPAL yang dioperasikan oleh PT Huayue Nickel Cobalt (HNC), perusahaan joint venture yang dipimpin oleh Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd. (Huayou), yang telah beroperasi penuh sejak April 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan perjanjian manajemen, anak perusahaan Huayou akan menyediakan layanan manajemen konstruksi untuk pembangunan pabrik HPAL SLNC. Sementara, MBMA akan bertanggung jawab atas perolehan izin dan persetujuan dari pemerintah Indonesia.
Lebih lanjut, SLNC akan memperoleh dan mengolah bijih nikel laterit melalui perjanjian komersial dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), anak perusahaan MBMA. Presiden Direktur MBMA Teddy Oetomo, mengatakan HPAL SLNC adalah upaya strategis untuk memaksimalkan nilai sumber daya nikel.
"HPAL SLNC adalah inisiatif strategis MBMA untuk memaksimalkan nilai sumber daya nikel kami yang berlimpah dan akan meningkatkan kapasitas produksi tahunan MHP perusahaan lebih dari dua kali lipat," ujar Teddy, dalam keterangan tertulis Kamis (27/2/2025)
Diketahui, Tambang SCM merupakan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang mengandung sekitar 13,8 juta ton nikel dan 1,0 juta ton kobalt. Perusahaan akan membangun pabrik persiapan bijih atau Feed Preparation Plant (FPP) di tambang SCM untuk mendukung pengangkutan bijih melalui pipa ke pabrik pengolahan SLNC di IMIP.
Sejak Januari 2025, konstruksi proyek HPAL SLNC ini telah dimulai dengan target commissioning dalam kurun waktu 18 bulan. Total investasi gabungan untuk pembangunan pabrik HPAL SLNC diperkirakan mencapai sekitar US$ 1,8 miliar. Investasi MBMA dalam SLNC dilakukan melalui afiliasinya, PT Merdeka Energi Baru (MEB), yang memiliki 50,1% saham di SLNC.
Untuk mendukung pembangunan proyek ini, SLNC telah berhasil mendapatkan pendanaan dan menandatangani perjanjian pinjaman dengan Bangkok Bank Public Limited Company, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Sebelumnya, MBMA bermitra dengan GEM Co., Ltd. (GEM) untuk mengembangkan dua pabrik HPAL lainnya di kawasan IMIP dengan total kapasitas 55.000 ton MHP per tahun. Keduanya diharapkan akan memulai produksinya pada paruh pertama 2025.
Pabrik HPAL pertama, yang dioperasikan oleh PT ESG New Energy Material (ESG), memiliki kapasitas sebesar 30.000 ton MHP per tahun. Sementara itu, pabrik HPAL kedua, yang dioperasikan oleh PT Meiming New Energy Material (PT Meiming), memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 25.000 ton MHP.
Teddy menjelaskan upaya yang dilakukan SLNC sebagai bentuk komitmen untuk menyediakan bahan baku baterai yang berkualitas , sekaligus mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah.
"Kemitraan SLNC menegaskan komitmen kami untuk meningkatkan kapasitas dalam menyediakan bahan baku baterai berkualitas tinggi, serta mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah Indonesia." kata Teddy.
Sebagai, MBMA terus memperkuat posisinya dalam rantai pasok global untuk industri baterai, sekaligus mendukung peran Indonesia sebagai pusat produksi bahan baku baterai kendaraan listrik.
Sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan, MBMA selalu mengutamakan kesehatan dan keselamatan karyawan, kesejahteraan masyarakat, serta pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab.
Tonton juga Video: Momen Jokowi Resmikan Pabrik Bahan Anoda Baterai di Kendal
(anl/ega)