Jakarta -
Sebagai perusahaan energi raksasa di Indonesia, PT Pertamina (Persero) telah membuktikan menjadi BUMN tidak hanya jago kandang. Melalui sederet anak usahanya, Pertamina berhasil mengembangkan sayapnya di pasar internasional.
Pertamina mempunyai banyak anak usaha yang berperan penting dalam mendukung ekspansi globalnya. Di sektor hulu, ada Pertamina Hulu Energi (PHE) yang fokus pada eksplorasi dan produksi minyak dan gas, termasuk proyek-proyek internasional di negara-negara seperti Malaysia dan Arab Saudi. PHE tak cuma berkontribusi terhadap produksi energi dalam negeri, tetapi juga menambah cadangan energi global.
Di sisi hilir, Pertamina mengoperasikan berbagai SPBU dan fasilitas distribusi di luar negeri, termasuk di Timor Leste dan sejumlah negara di Afrika. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan visibilitas merek Pertamina, tetapi juga membantu mendiversifikasi sumber pendapatan perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertamina juga memperkuat cengkramannya di Timur Tengah melalui Regional Internasional Subholding Upstream Pertamina yang Bernama PT Pertamina Internasional EP (PIEP). PIEP telah membuka kantor cabang di Dubai, Uni Emirat Arab. Kantor cabang itu akan menjadi kendaraan bagi PIEP untuk ekspansi dan menciptakan peluang penambahan blok baru di Timur Tengah.
Pertamina juga terus melakukan investasi strategis di berbagai sektor. Salah satunya adalah Pertamina Gas, yang berfokus pada pengembangan infrastruktur gas di kawasan Asia-Pasifik. Dengan membangun terminal LNG dan jaringan distribusi, Pertamina Gas berupaya memenuhi permintaan energi yang terus meningkat di wilayah tersebut.
Pertamina juga memiliki anak usaha di bidang pengangkutan. Yaitu Pertamina International Shipping (PIS) yang berperan vital dalam distribusi energi nasional dan internasional. Dengan armada kapal modern, PIS telah mampu melayani lebih dari 60 rute internasional, menjangkau pasar di Asia, Eropa, dan Afrika.
Dalam upaya memperkuat posisi sebagai pemain utama di pasar energi global, PIS telah melakukan langkah signifikan dalam ekspansi produk dan layanan energi.
PIS saat ini telah memperluas rute pelayaran internasionalnya, kini mencapai lebih dari 60 rute. Di antaranya, PIS baru saja menandatangani kontrak untuk mengangkut bahan bakar minyak di Afrika Barat, dengan tujuan baru di Mauritius dan Togo. "Kami ingin menjadi bagian yang mengantar energi sampai ke ujung dunia," kata CEO PIS Yoki Firnandi kepada detikcom.
Kapal Berbunga Membelah Dunia: Simbol Keberlanjutan dan Estetika
Kapal besar yang gagah pembelah lautan milik PIS memiliki nama-nama bunga yang indah dan feminin. Nama itu diberikan bukan tanpa arti, Yoki menceritakan secara historis kapal dianalogikan sebagai dewi atau wanita yang memiliki signifikasi sejarah.
Selain itu nama bunga juga diberikan agar kapal-kapal itu dicintai oleh para pelaut PIS. Karena kapal itu merupakan rumah kedua mereka di tengah laut. "Seperti mereka mencintai perempuan yang paling berjasa dalam hidupnya," jelasnya.
Yoki menambahkan, tak hanya berlayar jauh ke ujung dunia. Kapal ini juga sudah dilengkapi dengan teknologi yang ramah lingkungan. VLGC (Very Large Gas Carrier) Pertamina Gas Dahlia misalnya, merupakan kapal pertama milik PIS yang berhasil berlayar mengelilingi bumi dalam satu pelayaran. "Kami berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi karbon," tambahnya.
PT Pertamina International Shipping (PIS) menambah 2 kapal berukuran raksasa. Kapal kembar tersebut yakni VLGC Pertamina Gas Tulip dan Pertamina Gas Bergenia. Foto: Dok. Pertamina International Shipping
Mengantar Energi Sambil Tekan Emisi
Penetrasi PIS menggarap pasar global tidak serta merta melupakan faktor penting dalam menjaga dunia. Perusahaan memiliki target untuk menekan 30% total emisi karbon pada 2030. Caranya dengan melibatkan investasi pada pengembangan dan adopsi bahan bakar rendah emisi Seperti biofuel, LNG, ammonia dan methanol dalam mengoperasikan armadanya.
Sejumlah kapal dari lini armada PIS, khususnya yang beroperasi di dalam negeri atau rute domestik, telah menggunakan biofuel yang didukung oleh Pertamina. Selain itu, kapal-kapal baru yang akan datang juga tengah disiapkan untuk penggunaan bahan bakar alternatif rendah karbon.
"Seperti MR Tankers dengan implementasi teknologi dual-fuel-ready LNG dan Handysize LPG dengan teknologi dual-fuel-ready amonia. Belum lagi kehadiran armada Very Large Gas Carrier (VLGC) juga berbahan bakar dual-fuel-ready. Tak hanya itu PIS sedang menjajal sumber energi baru seperti baterai dan hidrogen di masa depan," terang Yoki.
Selain armada green ships, bahan bakar alternatif, dan green terminal, PIS juga mulai merambah bisnis carbon capture storage (CCS)/carbon capture utilize storage (CCUS). Potensi bisnis dari sektor ini mulai dari pengantaran, penyimpanan, injeksi, hingga infrastruktur terminal karbon. Untuk memasuki bisnis tersebut, PIS bersiap dengan investasi pada kapal pengangkut LCO2 (liquid carbon dioxide) dan receiving terminal.
PIS telah melakukan investasi signifikan, termasuk kerjasama dengan Nippon Yusen Kaisha (NYK) untuk mengembangkan transportasi Carbon Capture and Storage (CCS) di Indonesia. "Kami sedang mengembangkan infrastruktur untuk transportasi LCO2 dan terminal penerima," jelasnya.
Kinerja Keuangan yang Meningkat
Pada semester I 2024, PIS mencatat pendapatan sebesar US$ 1,72 miliar atau setara dengan Rp 26,5 triliun (kurs Rp 15.411). Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu US$ 1,62 miliar atau Rp 24,96 triliun. Selain itu, laba bersih PIS mencapai US$ 280,9 juta atau Rp 4,32 triliun, naik 103% dari US$ 138,5 juta atau Rp 2,13 triliun pada tahun sebelumnya.
Pendapatan dari Januari hingga Juni 2024 juga menunjukkan pertumbuhan signifikan, yaitu mencapai US$ 1,7 miliar, dibandingkan dengan US$ 1,3 miliar pada akhir 2023. Kinerja ini mencerminkan strategi ekspansi yang berhasil dan kepercayaan pasar terhadap PIS.
Paling baru, PIS berpartisipasi perdana di Gastech, forum energi terbesar dunia yang digelar di Texas Amerika Serikat, ini menjadi momen penting untuk memperkenalkan inovasi dan komitmen mereka dalam transisi energi.
Tahun ini, PIS menampilkan booth seluas 150 meter persegi yang memamerkan miniatur kapal-kapalnya dan menyediakan informasi interaktif tentang bisnis mereka. Di hadapan lebih dari 15.000 delegasi dari 125 negara, PIS menyampaikan visi dan misinya untuk menghadapi tantangan energi yang terus berkembang.
Setelah sukses di Dubai dan Singapura, PIS kini membidik Eropa sebagai pasar baru. Perusahaan akan membuka kantor cabang di Eropa. Ekspansi itu terinspirasi dari kesuksesan PIS Asia Pacific di Singapura yang memberikan kontribusi signifikan terhadap profit perusahaan pada 2023.
"Kantor cabang baru kami akan berlokasi di London, yang direncanakan akan diresmikan dalam waktu dekat," kata Yoki.
Pertamina Tak Boleh Lelah Tingkatkan Agresifitas
Cap sebagai perusahaan global memang sudah seharusnya Pertamina menancapkan cakar di pasar internasional. Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhy menilai memang sudah semestinya Pertamina go global tidak hanya terkait bisnis intinya saja tapi juga segala bisnis penunjangnya.
"Seperti yang sudah dilakukan saat ini melalui anak-anak usahanya yang mendistribusikan energi ke luar negeri. Misalnya PIS itu juga tidak kalah dengan Petronas. PIS juga harus bersiap memperbanyak rute kapal, jalur shipping juga harus diperkuat dan semakin bervariasi, harus lebih agresif di pasar," tegasnya.
Fahmy melanjutkan Pertamina memang harus terus agresif dalam rangka membuka peluang di negara-negara lain. Jika Asia Pasifik sudah dikuasai, Timur Tengah Mulai dijajaki, seharusnya Eropa juga bisa digarap potensinya.
Sementara itu Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali mengatakan di era saat ini seluruh perusahaan jangan terbuai dengan kenyamanan. Terus mencari tantangan menjadi kunci kesuksesan perusahaan, apa lagi sekelas BUMN raksasa.
"Selama ini kita sudah terlalu nyaman dengan kepastian, pertumbuhan bagus, ekonomi China bagus, permintaan pasar besar. Barang China banjir ke sini karena di sana pasarnya sedang lesu," kata dia.
Memang, Rhenald mengakui kondisi saat ini di global cukup berat. Ketidakpastian kondisi ekonomi dan politik membuat pertumbuhan ekonomi dibayangi tanda tanya. Apalagi masyarakat kini mulai menyadari ekonomi yang tingkatannya tinggi masih tetap tinggi, tapi kelas bawah malah menurun. "Persaingan kini sangat tinggi sekali, ini memang harus dihadapi. Karena itu perusahaan harus memperhatikan masalah lingkungan, masalah sosial dan tata kelola. Perusahaan harus makin kreatif, dan harus memperhatikan aspek keberlanjutan," ujar dia.
Kondisi ini juga akan berpengaruh pada bisnis pelayaran internasional. "Karena itu harus waspada, apalagi di era BANI ini, Brittle, Anxious, non-Linear, Incomprehensible. Brittle itu jangan merasa kuat, sekarang perusahaan besar banyak yang menghadapi tekanan. Dunia ini sekarang sudah penuh dengan ilusi. Mulai dari Illusion of Strength, Illusion of Control, Illusion of Predictability dan Illusion of Knowledge," tambah dia.
Meski begitu dengan semangat untuk menjawab tantangan energi dunia, PIS berencana untuk terus menggali potensi pasar Eropa, berkolaborasi dengan pemain lokal dalam pengangkutan dry bulk.
Sebagai bagian dari Pertamina Grup, PIS tidak hanya berfokus pada profitabilitas, tetapi juga pada keberlanjutan dan inovasi dalam layanan energi. Dengan langkah-langkah strategis yang diambil, PIS berambisi untuk menjadi salah satu penyedia energi terkemuka di dunia, mengantar energi hingga ke ujung dunia.
Infografis: Sayap Pertamina Antar Energi sampai ke Ujung Dunia Foto: Zaki Alfarabi/Infografis
Lihat Video: PT Pertamina (Persero) Sabet 2 Penghargaan di Detikcom Awards
(das/kil)