Ahli Pertanyakan Kecelakaan Jeju Air Akibat Bird Strike

1 month ago 25

Jakarta -

Investigasi kecelakaan pesawat Jeju Air sedang dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari berbagai ketidakpastian yang menyelimutinya. Para ahli penerbangan mempertanyakan seberapa besar dampak potensi bird strike atau tabrakan burung yang disebutkan oleh pihak berwenang dapat mengakibatkan kecelakaan pesawat tersebut.

Pada Minggu (29/12/2024) pukul 9.03 pagi waktu setempat, terjadi kecelakaan pesawat Jeju Air di Muan, Korea Selatan. Insiden terjadi beberapa saat setelah pesawat Boeing 737-800 itu mencoba mendarat dengan posisi belly-landing kemudian menabrak dinding. Sejumlah pemberitaan menyebutkan, tabrakan dengan kawanan burung menjadi penyebabnya.

Ketiadaan roda pendaratan, waktu peluncuran pesawat bermesin ganda Boeing, pendaratan mendadak di Bandara Internasional Muan, dan laporan kemungkinan tabrakan dengan burung, menimbulkan pertanyaan yang belum dapat terjawab. Terlihat dalam video, pesawat tersebut meluncur di landasan tanpa roda pendaratan sebelum menabrak dinding lalu meledak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Mengapa pesawat melaju begitu cepat? Mengapa sayapnya tidak terbuka? Mengapa roda pendaratan tidak diturunkan?," kata Gregory Alegi, pakar penerbangan dan mantan pengajar di akademi angkatan udara Italia.

Dikutip dari Reuters, pihak berwenang Korea Selatan sedang menyelidiki jatuhnya pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 itu, termasuk dampak potensi tabrakan burung dan kondisi cuaca. Laporan terbaru saat artikel ini ditayangkan, sebanyak 179 dari 181 orang di dalamnya tewas.

Wakil Menteri Perhubungan Korea Selatan Joo Jong-wan mengatakan panjang landasan pacu sepanjang 2.800 meter bukan merupakan faktor penyebab, dan dinding di ujungnya dibangun berdasarkan standar industri.

Sementara itu, juru bicara Jeju Air tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Jeju Air menolak berkomentar tentang penyebab kecelakaan dalam konferensi pers, dengan mengatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan.

Christian Beckert, pakar keselamatan penerbangan dan pilot Lufthansa, mengatakan rekaman video menunjukkan bahwa selain pembalik, sebagian besar sistem pengereman pesawat tidak diaktifkan, sehingga menciptakan masalah besar dan pendaratan yang cepat.

Beckert mengatakan tabrakan burung tidak mungkin merusak roda pendaratan saat masih terangkat, dan jika itu terjadi saat roda pendaratan turun, akan sulit untuk dinaikkan lagi.

"Sangat, sangat jarang dan sangat tidak biasa untuk tidak menurunkan gigi, karena ada sistem independen di mana kita dapat menurunkan gigi dengan sistem alternatif," katanya seraya menambahkan bahwa penyelidikan akan memberikan gambaran yang lebih jelas.

Berdasarkan aturan penerbangan global, Korea Selatan akan memimpin penyelidikan sipil dan melibatkan National Transportation Safety Board di Amerika Serikat (AS) tempat pesawat itu dibuat.

Para ahli mengatakan, kecelakaan udara biasanya disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor dan butuh waktu berbulan-bulan untuk menyusun rangkaian kejadiannya.

Pihak berwenang Korea Selatan menyebutkan, black box atau perekam data penerbangan ditemukan pada pukul 11:30 pagi waktu setempat, sekitar dua setengah jam setelah kecelakaan, dan perekam suara kokpit ditemukan pada pukul 2:24 siang.

Konsultan penerbangan Australia Trevor Jensen, mengatakan layanan kebakaran dan darurat biasanya sudah siap untuk pendaratan darurat. "Jadi (pendaratan darurat) ini tampaknya tidak direncanakan," sebutnya.

Rangkaian Kejadian

Sejumlah pejabat Korea Selatan merinci, dalam kurun waktu beberapa menit, menara pengawas mengeluarkan peringatan tabrakan burung, pilot menyatakan mayday, kemudian mencoba mendarat, meskipun belum diketahui jelas apakah benar pesawat itu menabrak burung.

"Tabrakan dengan burung bukanlah hal yang aneh, masalah dengan kolong pesawat bukanlah hal yang aneh. Tabrakan dengan burung jauh lebih sering terjadi, tetapi biasanya tidak menyebabkan pesawat kecelakaan besar," kata editor Airline News Geoffrey Thomas.

"Tabrakan dengan burung bisa saja berdampak pada mesin CFM International jika sekawanan burung terhisap ke dalamnya, tetapi hal itu tidak akan langsung mematikan mesin, dan memberikan waktu bagi pilot untuk bereaksi," kata pakar keselamatan penerbangan Australia Geoffrey Dell.

Setelah peringatan serangan burung dan deklarasi mayday, pilot berusaha mendarat di landasan pacu dari arah yang berlawanan. Perubahan rencana itu menimbulkan lebih banyak pertanyaan bagi para penyelidik, kata Marco Chan, dosen senior operasi penerbangan di Buckinghamshire New University yang juga mantan pilot.

"Arahnya diubah ke arah sebaliknya agak terlambat, yang menambah beban kerja. Banyak sekali yang perlu dicari jawabannya pada tahap ini," kata Chan.

Kapten pesawat Boeing 737-800 itu juga sudah memiliki 6.823 jam terbang dan bekerja sejak 2019, sedangkan Perwira pertama telah bekerja pada jabatan itu sejak 2023 dan mencatat sekitar 1.650 jam terbang.

Selain itu, Boeing 737-800 adalah salah satu pesawat yang paling banyak diterbangkan di dunia dengan catatan keselamatan yang cukup baik. Pesawat ini dikembangkan jauh sebelum varian MAX ramai diberitakan terlibat dalam isu terkait keselamatan Boeing baru-baru ini.

"Burung yang menabrak pesawat saja tidak mungkin menjelaskan skala bencana," kata pakar penerbangan Italia Alegi.

"Tentu saja mungkin ada tabrakan dengan burung. Namun konsekuensinya terlalu besar untuk menjadi penyebab langsung kecelakaan tersebut," jelasnya.


(rns/rns)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global