Jakarta -
Apple Developer Academy Indonesia bersiap meluluskan kembali siswa-siswi angkatan 2024. Bejibun aplikasi baru kembali dihasilkan dan siap mendunia.
Aplikasi tersebut dibesut oleh sekitar 400 calon pengembang dari akademi di BSD, Surabaya dan Batam. Ini menjadi bagian tugas akhir sebelum mereka diwisuda pada 11 Desember mendatang.
Tak kalah dari tahun lalu, aplikasi yang dibuat para akademi 2024 cukup menarik. Tak hanya punya dampak sosial, beberapa aplikasi memberikan hiburan menarik, salah satunya game horor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut beberapa aplikasi menarik hasil murid Apple Developer Academy 2024:
Chamelure
Chamelure adalah aplikasi iPad untuk anak-anak yang menjalani terapi mata malas amblyopia di mana dan kapan pun. Aplikasi dirancang berdasarkan pengalaman pribadi anggota timnya bernama Quinela Wensky yang menderita Amblyopia sejak kecil.
"Ambliopia merupakan kondisi berkurangnya penglihatan pada salah satu mata yang disebabkan oleh perkembangan penglihatan yang tidak normal, dan umumnya muncul sejak lahir hingga usia 7 tahun. Kondisi ini harus segera ditangani dengan terapi untuk menghindari gangguan penglihatan lebih lanjut," jelas Quinela.
Aplikasi Chamelure. Foto: Apple
Untuk menggunakan aplikasi ini harus mengenakan kacamata 3D anaglyph. Anak-anak dapat menyelami permainan puzzle interaktif yang dibuat untuk menstimulasi kedua mata secara efektif.
Aplikasi akan secara dinamis menyesuaikan warna, kontras, dan visibilitas objek berdasarkan kondisi yang ada. Chamelure secara tepat mendorong setiap mata untuk bekerja lebih keras dan meningkatkan keseimbangan, sekaligus membuat anak-anak terhibur.
Oculab
Aplikasi Oculab. Foto: Apple
Oculab dibuat tim Full Stack Developer membantu teknisi laboratorium dalam pengujian mikroskopi tuberkulosis yang akurat dan tepat waktu. Ini menyediakan bantuan diagnostik berbasis AI, mengotomatiskan analisis slide bakteri cepat asam, dan memungkinkan digitalisasi slide mikroskop.
"Aplikasi ini terbukti mengurangi waktu pengamatan dari 2 jam menjadi 5 menit dan meningkatkan akurasi dengan bantuan AI, dibandingkan dengan metode manual," ujar Luthfi Misbachul Munir, Technical Lead Full Stack Developer.
Apical
Apical dirancang untuk mendukung orang yang hidup dengan HIV, mengubah rutinitas perawatan menjadi pengalaman bermakna yang terinspirasi oleh budidaya bonsai.
Aplikasi Apical. Foto: Apple
"Istilah apikal berarti titik pertumbuhan tanaman, melambangkan kemajuan dan perawatan-sama seperti memelihara bonsai membutuhkan perhatian, mengelola kesehatan membutuhkan komitmen dan dorongan harian," ujar Hario Aji Daniswara, UI/UX Designer.
Pengidap HIV bisa memanfaatkan Apical sebagai alat praktis mengelola kesehatan mereka setiap hari, mulai dari pelacakan perawatan dan pengingat pengobatan. Selain itu dapat menemukan komunitas yang mendukung untuk berbagi pengalaman.
Polaread
Polaread. Foto: Apple
Polaread adalah aplikasi membaca yang dirancang untuk mendukung individu dengan disleksia dengan menerapkan kode warna secara otomatis untuk meningkatkan fokus dan melacak kemajuan membaca. Terinspirasi oleh rekan-rekan mereka yang menghadapi tantangan dengan membaca, khususnya dengan literatur akademis yang lebih kompleks, tim bertujuan untuk membuat aplikasi yang membuat membaca tidak terlalu membuat frustrasi dan lebih mudah diakses.
"Polaread dibuat untuk menawarkan opsi teks yang dapat disesuaikan, memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan format dan warna agar sesuai dengan preferensi membaca unik mereka, membuat pengalaman membaca lebih menyenangkan. Bisa diakses di aplikasi maupun ekstensi Safari," ungkap Mochammad Latifulfikri Design Lead UI/UX Designer.