Kecepatan ISP Lokal Sulit Tembus 5 Mbps

1 month ago 26

Jakarta -

Opensignal mempublikasikan laporan terbarunya soal kecepatan internet penyedia layanan internet (internet service provider/ISP) di Indonesia.

Dalam laporan tersebut, Opensignal membandingkan kualitas kecepatan internet dari ISP berskala besar dengan ISP lokal, di berbagai negara. Salah satu temuan mereka adalah Indonesia menjadi salah satu negara dengan kesenjangan tertinggi antara ISP skala besar dan ISP lokal terkait kualitas konsistensi broadband.

Kualitas konsistensi broadband mengukur seberapa sering jaringan dapat memenuhi keperluan untuk penggunaan aplikasi umum (misalnya menonton video HD, menyelesaikan panggilan video grup, dan bermain game sepanjang hari), dilihat dari perspektif satu perangkat setelah konektivitas terbentuk. Hasilnya ditampilkan sebagai persentase pengguna yang berhasil dalam pengujian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara umum, menurut Opensignal pengguna ISP skala besar punya pengalaman fixed broadband yang lebih konsisten dibanding ISP lokal. Namun khusus di Indonesia, perbedaannya terlihat lebih besar, mencapai 17,2%.

OpensignalOpensignal Foto: Dok. Opensignal

"Perbedaan ini bahkan lebih terlihat ketika kami memperhitungkan bahwa Indonesia memiliki skor Kualitas Konsistensi Broadband terendah di antara negara negara yang dianalisis, baik untuk ISP skala besar maupun ISP lokal. Segmen ISP lokal di Indonesia jauh tertinggal dengan skor ISP lokal di negara lain," tulis Opensignal dalam laporannya.

ISP skala besar bisa memberikan kualitas internet yang lebih konsisten karena punya sumber daya untuk berinvestasi dalam infrastruktur berkualitas tinggi, seperti pusat data yang lebih cepat dan teknologi manajemen traffic canggih, disertai kemampuan memanfaatkan skala ekonomi, dan juga dapat bekerja sama dengan penyedia jaringan lain.

Sementara itu untuk ISP lokal, sekalipun bisa memberikan pendekatan yang lebih lokal, mereka biasanya menyewa bandwidth dari penyedia layanan yang lebih besar sehingga membatasi pengalaman penggunaan bagi pelanggan mereka.

Temuan lain dari laporan Opensignal itu adalah ISP lokal di Indonesia sulit menembus kecepatan 5Mbps, yang menurut Opensignal adalah ambang batas kecepatan untuk masuk kategori cukup baik, dan dianggap cukup untuk melakukan streaming video HD dari layanan streaming populer seperti Netflix dan YouTube.

OpensignalOpensignal Foto: Dok. Opensignal

37,1% pengguna Opensignal yang menggunakan ISP lokal gagal melakukan tes download throughput 5Mbps. Sementara pengguna Opensignal di Indonesia dengan ISP skala besar yang gagal dalam tes tersebut hanya 18,8%.

Padahal, menurut Opensignal banyak penggunanya di Indonesia yang bergantung pada jaringan WiFi. Misalnya di banyak kabupaten di Jawa Timur, tercatat persentase waktu yang sangat tinggi di WiFi, seringkali melebihi 50%.

Dampak dari kesenjangan ini meluas ke berbagai sektor, berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil. Akses internet yang tidak memadai dapat menurunkan produktivitas, membatasi peluang ekonomi, dan memperlebar kesenjangan sosial ekonomi.

Opensignal, lewat laporan ini, menyerukan tindakan proaktif dari pemerintah dan regulator untuk meningkatkan kualitas infrastruktur dan layanan, memastikan akses yang adil dan merata terhadap fixed broadband berkualitas tinggi bagi seluruh masyarakat Indonesia.

"ISP yang lebih kecil, termasuk reseller dan penyedia jasa internet tanpa lisensi, memang dapat menawarkan opsi yang lebih terjangkau, tetapi sering menghadapi kesulitan dalam memberikan kualitas layanan yang dibutuhkan, terutama di daerah pedesaan. Memastikan layanan yang terjangkau, tetapi berkualitas tinggi tetap penting untuk pembangunan digital berkelanjutan," tulis Andrey Popov dan Robert Wyrzykowski dalam laporan tersebut.


(asj/rns)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global