Jakarta -
Setelah 5 tahun, akhirnya Nikon memperbaharui seri Z50-nya ke generasi ke-dua. Lima tahun bukan waktu yang cepat, maka itu mestinya banyak peningkatannya bukan?
Pertama adalah processornya sudah ditingkatkan menjadi EXPEED 7, artinya sama dengan kamera Nikon yang lebih tinggi kelasnya seperti Nikon Zf, Z6 III bahkan sama dengan Z9, kamera kelas atas/profesionalnya Nikon.
review nikon z50 ii. Foto: Dok. Enche Tjin
Processor baru ini menurut saya sangat signifikan karena membuat kinerja kamera lebih cepat dalam hal sistem autofokus, foto berturut-turut, dan frame rate video. Berkat processor baru kita bisa merekam video 4K 60p meskipun ada crop, dan bisa merekam dalam format N-Log untuk color grading.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua adalah kualitas jendela bidik dan layar putarnya. Ukuran jendela bidiknya mirip, tapi sekarang 2x lebih terang, lebih membantu saat dipakai di kondisi outdoor. Dan layarnya sekarang bisa diputar ke samping dan segala arah. Kalau yang Z50 sebelumnya cuma bisa diputar ke bawah, kurang praktis saat vlogging/live streaming dengan tripod. Layar baru ini user interfacenya juga bisa menyesuaikan orientasi horizontal dan vertikal.
review nikon z50 ii. Foto: Dok. Enche Tjin
Untuk vlogger, ada fitur baru yang namanya product review, dimana kamera akan memprioritaskan objek yang kita tunjukkan ke kamera daripada wajah. Sesuai namanya, fitur ini cocok buat creator yang spesialisasinya ke review product.
Juga ada lampu tally light di bagian depan. Saat merekam video, ia akan menyala dan di layar juga ada bingkai merah saat merekam video, sehingga kita gak kesal karena mengira kamera sudah merekam padahal belum sama sekali.
review nikon z50 ii Foto: Dok. Enche Tjin
Dengan peningkatan tersebut, ukuran Z50 II jadi lebih tebal dan berat daripada Z50, tapi grip/pegangannya terasa lebih kokoh dan bentuk bodinya jadi lebih terkesan profesional.
Salah satu yang baru dan menarik adalah sistem dan kinerja autofokusnya, maka itu saya bawa kamera dan lensa telefoto ke taman burung untuk menguji bagaimana deteksi burungnya. Saya bawa lensa yang keren banget ni, panjang banget 400mm tapi ukurannya cukup compact, beratnya sekitar 1.3kg, sangat ringan untuk lensa 400mm pada umumnya. Minusnya bukaannya tergolong sedang, f/4.5.
review nikon z50 ii. Foto: Dok. Enche Tjin
Lensa ini mungkin terasa tidak seksi karena bukaannya relatif kecil, tapi portabilitasnya luar biasa, dan saat dipasang di kamera bersensor APS-C seperti Z50, jarak fokalnya jadi ekuivalen 600mm.
Saat saya coba kombinasi ini, sistem deteksi autofokusnya bekerja dengan baik. Di Z50 II sudah ada deteksi subjek burung dan beberapa lainnya, seperti pesawat terbang dan kereta api. Kalau kamera mendeteksi burung, maka kamera langsung mengunci dan mengikuti mata burungnya. Sekali lengket, meskipun ada daun dan ranting di depan burung, tetap akan fokus.
Tapi kalau memang burungnya terlalu dekat, dibawah 2.5meter atau fokus di jarak yang terlalu jauh dari burungnya sehingga sangat blur, maka sistem kamera bisa gagal mendeteksi. Triknya adalah memutar fokus secara manual, sampai burungnya cukup jelas buat kamera, sistem autofokus akan otomatis mengunci fokus dengan cepat.
review nikon z50 ii Foto: Dok. Enche Tjin
review nikon z50 ii Foto: Dok. Enche Tjin
review nikon z50 ii Foto: Dok. Enche Tjin
review nikon z50 ii, Kanan: Crop dari foto kiri. Foto: Dok. Enche Tjin
review nikon z50 ii, Kanan: Crop dari foto kiri. Foto: Dok. Enche Tjin
review nikon z50 ii. Foto: Dok. Enche Tjin
review nikon z50 ii,Crop dari foto di atas Foto: Dok. Enche Tjin
Fitur baru yang cukup signifikan juga untuk foto dan video adalah Image control, sebegitu penting sampai Nikon mendedikasikan tombol khusus di posisi atas kamera yang strategis.
Tombol ini kalau ditekan akan masuk ke menu pilihan picture control Nikon, sama dengan kamera Nikon pada umumnya. Yang berbeda dibandingkan kamera Nikon sebelumnya, kecuali Z6 III, kita bisa download preset/resep baru buatan creator lain lewat imaging cloud.
Ada sembilan tempat yang bisa diisi. Kita bisa pilih resep yang kita suka sesuai mood, langsung motret dan fotonya jadi tanpa editing, mempermudah kalau kita perlu content yang cepat tayang.
review nikon z50 ii Foto: Dok. Enche Tjin
Sebelumnya, kita perlu punya akun Nikon imaging cloud. Webnya bisa diakses dari ponsel maupun dari website. Koneksinya menggunakan wifi, dan pengalaman saya kadang koneksinya cepat, kadang lambat atau stuck, perlu agak sabar dan coba beberapa jaringan untuk koneksinya. Setelah kamera terhubung dengan aplikasinya, kita bisa sinkronisasikan resep-resep yang kita ingin simpan ke kameranya. Tidak ada batasan berapa yang bisa disimpan, tapi untuk sinkronisasi kamera, tersedia 9 tempat saja yang bisa dibuat bergantian.
Setelah memperhatikan fitur dan speknya, Z50 II sepertinya dirancang sebagai kamera hybrid, untuk foto dan video. Untuk foto tetap ada jendela bidik, built-in flash dan mechanical shutter. Untuk videografi, khususnya membuat konten, Z50 II punya audio dan headphone jack, juga port USB-C.
review nikon z50 ii Foto: Dok. Enche Tjin
Meskipun saya tidak menemui kendala dalam pengujian atau kualitas gambarnya, ada juga beberapa kelemahan atau minus yang perlu saya infokan, misalnya baterainya meski baru, tapi ukuran relatif kecil tentunya membuat fotografer perlu stok lebih banyak baterai ke lapangan, terutama kalau banyak merekam video.
Selain itu, kamera ini hanya punya satu slot SD card. Untungnya, sudah support kartu UHS-II yang cepat dan ada port USB-C untuk charging langsung dengan power bank.
review nikon z50 ii. Foto: Dok. Enche Tjin
Salah satu fitur yang sering jadi pro dan kontra juga adalah image sensor 20MP yang tidak berubah dari Z50, bahkan dari kamera DSLR seperti Nikon D500 dan D7500. Meskipun sudah relatif lama, tapi image sensor ini kinerjanya baik di kondisi terang maupun gelap.
Dengan processor baru tentunya menggunakan kamera ini jadi lebih gesit dan menyenangkan. Hanya kalau teman-teman perlu cetak ukuran sangat besar dan gemar cropping ketat, mungkin perlu kamera dengan image sensor yang lebih banyak pixelnya.
Yang saya sayangkan juga adalah tidak ada stabilizer di body. Secara realistis, hampir semua kamera di harga 15-18 jutaan keluaran baru juga tidak punya stabilizer di body kameranya.
Untuk video, ada electronic VR, tapi ini ada minusnya. Yaitu ada crop yang lumayan signifikan, plus VR ini tidak bisa di video frame rate tinggi, seperti 4K 60p dan FHD 120p, karena di frame rate tersebut sudah ada crop 1.5X nya.
Saya pribadi merasa senang, karena akhirnya Nikon upgrade sistem APS-C nya. karena di zaman sekarang banyak yang butuh kamera dengan kinerja tinggi dan fitur video yang lengkap. Tapi tidak semua menginginkan sistem kamera full frame yang relatif mahal body dan lensa-lensanya.
Saya juga mengamati sistem Nikon Z ini semakin ramai ekosistem kamera dan lensanya, baik dari Nikon Z sendiri dan juga dari pihak ketiga. Z-mount juga sangat versatile karena bisa dipasang dengan berbagai macam lensa, dari yang DSLR, sampai mirrorless dengan adapter yang sesuai.
Bagi yang saat ini menggunakan kamera Nikon DSLR, atau Nikon Z50 generasi pertama, Z50 II ini adalah kamera yang pas untuk upgrade. Sedangkan kalau yang saat ini menggunakan kamera merk lain, perlu menimbang-nimbang dan mempelajari, apakah fitur Z50 II ini lebih sesuai kebutuhan?
Apakah lensa-lensa yang dikehendaki tersedia? Kabar baiknya kalau dari Nikon tidak ada lensa yang pas dari segi spek atau harga, mulai banyak lensa dari pihak ketiga yang bisa dipilih, seperti dari Tamron, Meike, TTArtisan, 7Artisans, Viltrox dan sebagainya.
Bagi yang mungkin bingung apakah lebih baik membeli Z50 II atau Z5 yang sensornya full frame karena harganya mirip, menurutku tidak perlu terlalu bingung karena perbedaannya cukup jelas, kinerja Z50 II jauh lebih tinggi dari segi sistem autofokus dan kinerja foto berturut-turutnya. Fitur foto dan videonya juga jauh lebih canggih.
Bagi saya, Nikon Z50 II bisa dibilang kamera hybrid APS-C yang cukup lengkap, baik untuk fotografi dan videografi, dan memenuhi kebutuhan banyak fotografer dan creator. Untuk pemula dan menengah saya rasa sudah cukup banget.
review nikon z50 ii. Foto: Dok. Enche Tjin
review nikon z50 ii. Foto: Dok. Enche Tjin
review nikon z50 ii, picture control Deep Tone Monochrom. Foto: Dok. Enche Tjin
review nikon z50 ii,Bermain dengan picture control yang berbeda. Foto: Dok. Enche Tjin
review nikon z50 ii, Bermain dengan picture control yang berbeda. Foto: Dok. Enche Tjin
Nikon Z50 II didistribusikan di Indonesia oleh PT Alta Nikindo dengan harga resmi Rp17.9 juta dengan lensa kit 16-50mm. Dengan harga dibawah Rp 20 juta, Nikon Z50 II yang punya processor terbaru dengan fitur yang cukup lengkap untuk foto dan video, cukup bersaing dan cocok untuk fotografer pemula maupun profesional.
(jsn/jsn)