Peran Strategis Batu Bara dalam Mendukung Energi Baru Terbarukan

3 weeks ago 23

Jakarta -

Energi fosil, khususnya batu bara, masih memiliki peran strategis sebagai pendorong bagi Indonesia dalam perjalanan menuju masa depan energi bersih dan terbarukan.

Melalui pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi yang terjangkau, batu bara dapat membantu menjaga stabilitas energi selama masa transisi, serta mendukung pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Batu bara pun tetap dapat menjadi salat satu sumber energi tulang punggung masa depan dengan metode pembakaan yang menghasilkan emisi lebih rendah.

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada Fahmi Radhy menyampaikan tidak dapat dipungkiri jika batu bara menghasilkan energi kotor dan menyumbang emisi karbon. Hal ini Nampak bertentangan dengan upaya pemerintah yang sedang gencar-gencarnya mengampanyekan Net Zero Emission (NZE) 2060.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, menurutnya, program hilirisasi batu bara dan pengembangan teknologi pembakaran yang lebih baik, justru dapat membantu menyediakan energi batu baru dengan emisi yang lebih rendah.

"Hilirisasi batu bara untuk transisi energi ternyata sangat penting. Kalau misalnya hilirisasi berhasil, tidak hanya meningkatkan nilai tambah dari batu bara yang dihasilkan tetapi juga menghasilkan energi yang bersih," ujarnya katanya kepada detikcom, Sabtu (30/11/2024).

Fahmi mengatakan saat ini sudah banyak teknologi yang bisa membuat batu bara menjadi lebih ramah lingkungan. Beberapa metode yang dilakukan untuk hilirisasi batu bara di antaranya beralih ke teknologi Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS) untuk menangkap dan menyimpan karbon; gasifikasi batu bara atau DME (Dimethyl Ether).

Selain gasifikasi, konsep co-firing juga menjadi salah satu pilihan. Co-firing adalah proses pencampuran batubara dengan energi terbarukan, seperti biomassa atau biodiesel, dalam pembangkit Listrik.

"Metode co-firing ini dapat mengurangi emisi karbon dari pembangkit batubara tanpa harus menghentikan penggunaan batubara secara drastis. Dengan menggabungkan kedua sumber energi tersebut, pembangkit listrik dapat beroperasi lebih bersih dan efisien," jelasnya.

Kendati demikian, Fahmy menggarisbawahi bahwa pengembangan teknologi ini memerlukan investasi besar dalam penelitian dan pengembangan (R&D), serta dukungan dari pemerintah dan sektor swasta. Oleh karena itu, Indonesia perlu lebih serius dalam mengembangkan teknologi dari domestik untuk mengolah batu bara.

"Jika negara hanya bergantung pada teknologi asing, maka Indonesia akan terus bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan energi bersih," kata Fahmy.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Indonesian Mining & Energi Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan pentingnya peran batubara dalam transisi energi. Menurutnya, batubara tetap diperlukan sampai EBT dalam bauran energi nasional tercapai.

"Namun, harus diakui, untuk memperbesar EBT juga rencana melakukan phase-down beberapa PLTU, diperlukan kepastian akan kekuatan finansial dan juga teknologi, termasuk CCS atau CCUS. Menuju arah memperbesar EBT, bagaimanapun kita harus harus meletakkan kondisi energi dalam konteks trilema energi, khususnya affordability (daya beli), selain availibity (keberadaan energi) dan juga accesssibility (akses)," papar Singgih.

Singgih mengatakan batubara masih sangat diperlukan dalam menggerakkan sektor energi fosil melalui PLTU Batubara, yang masih diperlukan saat ini dan bahkan sampai di tahun 2050 mengingat harga energi dan juga daya beli masyarakat, termasuk harga energi bagi industri dalam berkompetisi di pasar. Namun percepatan phase-down PLTU batubara, bisa saja dipercepat dengan memperbesar EBT, dengan catatan harga EBT memang telah wajar bagi kebutuhan kelistrikan masyarakat dan sekaligus bagi industri.

"Sangat bagus jika EBT terus dikampanyekan, transisi energi sebagai suatu keniscayaan, apalagi NZE 2060 sebagai komitmen internasional yang telah kita sepakati. Namun, kembali lagi bagaimana parameter finansial atau pendanaan, teknologi benar-benar mampu untuk menggerakkan kebutuhan energi nasional, khususnya kualitas kelistrikan nasional,"pungkasnya.

(akn/ega)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global