Taksi Online Waswas Jika Tak Masuk Kriteria Penerima BBM Subsidi

1 month ago 30

Jakarta -

Pemerintah Indonesia tengah mengkaji kriteria penerima bahan bakar minyak (BBM) subsidi khusus pertalite untuk kendaraan bermotor. Adapun saat ini ojek online sudah masuk dalam kriteria dari pemerintah Indonesia karena masuk dalam kategori UMKM yang berhak mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Sementara untuk taksi online saat ini belum ada keputusan apakah bisa membeli pertalite atau tidak. Pemerintah melalui Menteri UMKM Maman Abdurrahman menyatakan kendaraan roda empat yang menerima subsidi BBM adalah kendaraan yang berpelat kuning atau transportasi umum.

Sejumlah pengemudi taksi online yang ditemui di kawasan Stasiun Pasar Senen, Jumat (20/12) mengatakan bahwa mereka belum mengetahui adanya rencana pemerintah membatasi pertalite untuk kendaraan bermotor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun mereka keberatan jika taksi online tidak masuk dalam kategori yang berhak mendapatkan bbm bersubsidi pertalite. Pasalnya, mereka mengandalkan BBM bersubsidi pertalite untuk operasional mereka.

Yulham Muhammad Hasan mengatakan, saat ini saja kondisi argo yang ada sudah termasuk murah. Sehingga pendapatan yang didapatpun sedikit. Ia tak membayangkan jika harus beralih menggunakan bbm selain pertalite.

"Jadi nggak mungkin makai Pertamax dan sebagainya karena itu mahal. Beda kalo make pertalite. Terus sekarang argo juga lagi murah," katanya kepada detikcom di Stasiun Pasar Senen.

Ia pun mengatakan jika rencana pembatasan terjadi pada taksi online kemungkinan besar akan ada demo terkait hal itu. Karena dampak pembatasan tersebut akan sangat dirasakan oleh taxi online.

"Kalo ada pembatasan nggak mungkinlah karena nanti pasti akan terjadi demo besar. Tau sendiri Jakarta dikit-dikit demo," katanya.

Yulham mengatakan untuk saat ini ia saja ia hanya mampu mendapatkan penghasilan kotor Rp 350.000 hingga Rp 450.000 dalam sehari. Di mana setiap harinya ia mengeluarkan biaya untuk bahan bakar sekitar Rp 200.000-an.

Menurutnya, jika taksi online tidak boleh mengisi bbm jenis Pertalite maka dipastikan pengeluaran untuk bahan bakar pasti akan meningkat dan pendapatan yang ia dapatkan mengalami penurunan.

"Kalo dibatesin juga nanti pasti argo kita naik. Dan itu malah sepi. Pendapatan akan semakin sedikit," katanya

Senada dengan Yulham, pengemudi taksi online bernama Yulham pun menolak adanya rencana pembatasan bbm subsidi kepada taxi online. Hal ini nantinya akan mengurangi pendapatan yang ia bawa pulang ke rumah.

Ia menceritakan, biasanya ia memulai membuka orderan di aplikasi pukul 09.00 WIB dan diakhiri pada tengah malam. Dalam sehari itu ia bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 600.000-an. Itupun kata dia ketika ia sedang rajin.

Adapun pendapatan tersebut belum dipotong biaya bahan bakar yang mencapai Rp 200.000, makan dan lainnya.

"Targetnya sehari Rp 400.000 an ke atas, biar buat bensin ketutup, biaya makam di jalan. Jadi sampai bisa bawa pulang uang yang cukuplah," katanya.

Jika dirinya tidak bisa membeli Pertalite, maka ia harus merogoh saku lebih dalam lagi untuk biaya bahan bakar. Maka pendapatan yang ia bawa pulang akan semakin sedikit. Ia pun berharap taxi online dapat membeli bbm jenis Pertalite.

"Jangan sampai dibatasai. (Harapan) harus dapat bbm subsidi. Supaya bawa pulang uang cukup," katanya.

Sementara itu, Indra pengemudi taxi berpelat kuning bersyukur bahwa ia masih bisa untuk mendapatkan bbm subsidi. Namun, jika ada pembatasan bbm subsidi diberlakukan juga terhadap taxi berplat kuning akan berdampak pada penghasilannya. Pasalnya, kata Indra ongkos terbesar yang dikeluarkan oleh pengemudi taxi adalah bahan bakar.

"Alhamdulillah kalo masih dapat (BBM subsidi) karena ngaruh banget buat penghasilan kami. Kalo dibatesin berat banget. Contohnya hari ini saya lagi bawa mobil yang bahan bakarnya kombinasi antara gas dan bensin. Ini supaya dapat penghasilan lebih besar. Karena irit," katanya.

(rrd/rrd)

Read Entire Article
Industri | Energi | Artis | Global